REPUBLIKA.CO.ID, Bismillahirrahmaanirrahiim,
Media jejaring sosial seringkali membawa kita kepada kenangan-kenangan indah dahulu. Reuni yang mengantarkan kita kepada peristiwa-peristiwa di masa lalu.
Pertemanan yang mengasyikan, anekdot hiasan keluguan, cerita kepahlawanan, kebodohan yang menggelikan, terkadang terbersit kesedihan tapi diujung selalu membawa senyum tawa yang tak jarang sampai terbahak, dan semua itu terbungkus rapi dalam paket indahnya persahabatan.
Sebut saja seseorang bernama “fulan” yang banyak mempunyai sahabat dengan segudang pengalaman lucu dan mengasyikan. Namun ketika fulan memutuskan untuk berhijrah (dalam artian meninggalkan darul kufur ke dalam darul Islam).
Teman-temannya “tumbang” berguguran satu per satu. Fulanpun selalu berharap dan berdoa kepada Allah agar para sahabat-sahabat itu suatu saat nanti akan bergabung dalam shaff yang sama.
Kisah yang sama tentang fulan ini ternyata banyak juga dialami oleh kita semua. Tidak sedikit yang ragu untuk berhijrah dikarenakan takut kehilangan teman-teman dan sahabatnya. Semisal akhwat yang berhijab, atau ikhwan yang meninggalkan kebiasaan “dugem” alias dunia gemerlap malam.
Tidak sedikit yang dijauhi oleh lingkungannya atau bahkan ada yang dipersulit untuk mendapat pekerjaan, atau sedikit demi sedikit disingkirkan dalam berbagai hal.
Memang dalam berteman atau bersahabat seringkali kita hanya memilih mereka-mereka yang mensupport kita saja, tanpa kita melihat apakah mereka mensupport dalam hal kebaikan atau keburukan. Yang penting seru.
Inilah sebenarnya pertemanan atau persahabatan yang kehilangan esensinya. Karena itu memang berteman harus memilah-milah. Sebagaimana yang disebutkan oleh Sahabat Umar bin Khathab: “Bertemanlah dengan kawan yang jujur niscaya kamu akan hidup tenang, mereka adalah hiasan di waktu senang dan hiburan diwaktu susah. Letakkanlah perkara teman pada tempat yang paling baik sampai kamu merasa tidak mampu lagi. (Mukhtashar minhajul qashidin hal 124).
Bahkan jika kita tidak pandai memilih teman, kita bisa terperosok kedalam kesulitan yang lebih jauh bahkan terseret sampai ke neraka, na’udzubillah.
Sebagaimana ayat, “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia”. (QS. Al Furqaan : 27-29)
Menggigit tangan (jari) maksudnya menyesali perbuatannya. Yang dimaksud dengan si Fulan, ialah setan atau orang yang telah menyesatkannya di dunia.
Atau sebagaimana hadis menyatakan; "Seorang itu akan mengikuti agama temannya, maka hendaklah kamu melihat dengan siapa dia bersahabat ". (HR. Ahmad)
Ada kisah yang sangat menarik yang diambil dari hadits tentang indahnya persahabatan. Tanpa berharap imbalan apapun, suatu hari, seseorang mengunjungi sahabatnya.
Satu malaikat utusan Allah diam–diam menemuinya dan bertanya, “Mau pergi kemana?”
“Saya mau mengunjungi saudara saya, si Fulan,” jawab orang itu.
“Apakah engkau ada keperluan dengannya?” Tanya sang malaikat.
“Tidak ada hajat apa-apa,” sergah orang itu.
“Ada kerabat dengannya?” tanya sang malaikat.
”Tidak ada,” orang itu menjawab.
“Apakah karena dia telah memberikan sesuatu kepadamu?” sang malaikat bertanya lagi.
“Tidak,” jawab orang itu.
Sang malaikat melanjutkan pertanyaannya, “Jadi apa sebabnya?"
Orang itu pun menjawab, "Aku mencintainya karena Allah.”
Lalu, sang malaikat berkata kepadanya,” Sesungguhnya Allah mengutusku untuk menyampaikan kabar, bahwa karena kecintaanmu kepadanya, maka Allah telah memastikan untukmu masuk surga.” (HR. Muslim).
Subhanallah, beberapa hadis telah menggambarkan betapa indahnya persahabatan. Rasulullah saw bersabda: "Sebaik-baiknya orang-orang yang bersahabat di sisi Allah adalah orang yang paling baik kepada sahabatnya. Dan sebaik-baik orang yang bertetangga di sisi Allah adalah orang yang paling baik kepada tetangganya."
Begitu indah jika kita sudah mempunyai sahabat yang bersama-sama saling mengingatkan dalam berjuang terus di jalan Allah. Tetapi jika ternyata kita ditinggalkan oleh sahabat-sahabat lama dikarenakan kita “berhijrah” mendekat kepada Allah, sedangkan mereka menjauhi kita dikarenakan tidak mau mendekat kepada Allah, janganlah bersedih.
Yakinlah sesungguhnya Allah akan mengganti sahabat kita dengan sahabat yang baru yang sama-sama ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dan ingatlah hadis yang menyatakan, "Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah, di hari tiada naungan selain naungan Allah SWT (yaitu hari kiamat)", kemudian Rasulullah SAW menyebutkan diantaranya: Dua orang yang saling mengasihi karena Allah, bertemu dan berpisah karena Allah."
Semoga kita menjadi salahsatunya, dan semoga Allah selain memberikan kepada kita sahabat-sahabat yang baru dalam berjihad di jalan Allah tetapi juga memberi hidayah kepada sahabat-sahabat yang lama untuk segera bergabung dalam shaf yang sama. Aamiin Allahumma Aamiin Yaa Rabb.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi Allah adalah yang mengamalkannya.
Ustadz Erick Yusuf: Penggagas iHAQi
@erickyusuf