REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Dampak kenaikan harga BBM menerpa hampir seluruh sektor ekonomi. Namun ada satu sektor yang mengeklaim tidak terpengaruh kenaikan harga BBM, yaitu sektor umrah. Bagaimana bisa?
Direktur biro perjalanan haji dan umrah Maktour, Muhammad Rocky, mengatakan dari pengalaman tahun tahun sebelumnya, jumlah jamaah umrah tidak terpengaruh kenaikan harga BBM di dalam negeri. Malah, kata dia, makin terhimpit kondisi ekonomi dalam negeri jumlah peminat umrah relatif tetap.
Ini berkaca pada pengalaman krisis ekonomi 1997-1998. "Saya kira ketika krisis ekonomi waktu itu perjalanan umrah akan terpukul. Eh ternyata tidak," kata Rocky pada pers di Makkah, Jumat (21/6). Sambil berkelakar ia melanjutkan, "Makin susah kondisi ekonomi seseorang itu memicu dia untuk umrah. Berdoa agar sukses lagi," katanya sambil tersenyum.
Peminat umrah dari Indonesia memang sangat banyak. Pada Jumat pagi sampai siang misalnya dari pantauan Republika jamaah umrah asal Indonesia mendominasi peserta tawaf. Selain itu frekwensi penerbangan Jakarta-Makkah saban hari tak pernah berkurang.
Tercatat ada 11 penerbangan tiap hari antara kedua kota. Tiap penerbangan nyaris selalu penuh. Satu pesawat umumnya berisi 400-an penumpang. Rocky menggambarkan, untuk Maktour saja per pekan memberangkatkan dua rombongan umrah. Setiap rombongan sebanyak 150-200 orang.