Rabu 19 Jun 2013 19:42 WIB

Thomas: Dalil Wujudul Hilal Usang

Rep: Hafidz Muftisany/ Red: Djibril Muhammad
Pakar Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin
Foto: Republika/Rakhmawaty
Pakar Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin memprediksi awal bulan Ramadhan di Indonesia akan berbeda. Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan akan jatuh pada 9 Juli 2013.

Sementara pemerintah baru akan melakukan sidang isbat pada 8 Juli 2013. "Kemungkinan pemerintah menetapkan awal Ramadhan 10 Juli 2013," ujarnya, di Jakarta, Rabu (19/6).

Thomas menyebut perbedaan itu terjadi karena Muhammadiyah memakai wujudul hilal yang sudah usang. Wujudul Hilal dan wilayatul hukmi, sebut Thomas, hanya ada di Muhammadiyah.

Thomas mencontohkan ISNA (Islamic Society of North America) menggunakan kalender Ummul Quro (WH di Makkah) hanya untuk alasan praktis kepastian. "Sedangkan Arab Saudi saja sama sekali tidak menggunakan kalender Ummul Quro untuk penentuan waktu ibadah," ujarnya.

Sebenarnya, Thomas melanjutkan, hisab itu bukan hanya wujudul hilal, tetapi ada juga Imkanur Rukyat. Kriteria Imkanur Rukyat hanyalah kuantifikasi ketampakan hilal untuk hisab.

Thomas mengibaratkan hal ini pada penentuan jadwal shalat yang merupakan kuantifikasi waktu shalat berdasar dalil seperti fenomena fajar, panjang bayangan, terbenam matahari dan hilangnya cahaya syafak.

Thomas menambahkan dalil wujudul hilal tidak jelas. QS 36:40 sama sekali tidak menjelaskan wujudul hilal. "Bagaimana pun waktu ibadah perlu adanya dalil, tidak bisa seenaknya berdasarkan logika," katanya menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement