REPUBLIKA.CO.ID, HAWAII -- Muslimah AS dirugikan ketika perusahaan lebih memilih calon karyawan dengan pakaian tanpa simbol agama. Ini menjadi model diskriminasi baru yang tengah marak di AS.
Demikian hasil riset terbaru yang dipublikasikan Universitas Hawaii baru-baru ini. "Melalui riset ini kami ingin mencari tahu sejauh mana individu dengan pakaian bersimbolkan agama mengalami diskriminasi," ungkap peneliti Universitas Hawaii, Sonia Ghumman seperti dikutip Phys.org, Selasa (28/5).
Riset ini melibatkan pelajar dan mahasiswa berusia 19-22 tahun. Mereka berasal dari beragam latar belakang etnis. Selanjutnya, mereka diminta untuk mencari pekerjaan dengan atau tanpa jilbab. Dari 112 kasus, perempuan berjilbab paling sering mengalami diskriminasi. Mereka umumnya mendapatkan penolakan verbal dan eskpresi.
"Setelah data-data tersebut diolah, tim peneliti mendapat satu kesimpulan, Muslimah berjilbab akan mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan," kata Ghunmman.