Senin 27 May 2013 23:44 WIB

NU Kembali ke Pesantren, Dua Hal Ini Alasannya

Ketua PB NU Said Aqil Siradj saat berpidato dalam Harlah ke-90 Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, Senin (27/5) malam
Foto: Republika/Yasin Habibi
Ketua PB NU Said Aqil Siradj saat berpidato dalam Harlah ke-90 Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta, Senin (27/5) malam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tema besar kembali ke Pesantren menjadi ide Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj dalam peringatan harlah NU ke-90 di Jakarta, Senin (27/5) malam. Said mencatat ada dua pengertian ide besar kembali ke pesantren.

Pertama, kembali dalam arti fisik. Semua kegiatan NU mulai dari rapat pleno, mukhtamar, rapat kerja harus diadakan di pesantren.Dengan segala keterbatasan, pesantren justru menyajikan kenyamanan dalam merumuskan kerja besar NU.

"Rakernas kemarin di Ponpes Krapyak sedang Munas kita adakan di Cirebon, lancar alhamdulillah," ungkapnya. Said menilai bahkan nilai fisik di pesantren jauh lebih bernilai dibandingkan perhelatan di hotel atau gedung pertemuan umum.

Kedua, kembali kepada nilai-nilai pesantren. Tokoh perubahan Republika 2012 ini menjabarkan di pesantren ada pengabdian tanpa batas. "Dari situ muncul etos kerja dan kebersamaan," paparnya.

Lebih jauh, Said memandang hal tersebut sebenarnya nilai yang normatif. Namun saat ini dimana nilai individualisme merajalela, konsep kebersamaan di pesantren menjadi hal yang kontroversial. "Kontroversial karena melawan arus pragmatisme dan individualisme," katanya.

Konsep kembali ke pesantren menjadi jawaban akan pudarnya nilai kebersamaan dalam masyarakat Indonesia hari ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement