Kamis 09 May 2013 06:08 WIB

Umat Islam Bisa Jadi Jembatan Bagi Bali

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Heri Ruslan
Larangan berenang dipasang di Pantai Kuta Bali akibat badai tropis Narelle di perairan Indonesia-Australia
Foto: Antara
Larangan berenang dipasang di Pantai Kuta Bali akibat badai tropis Narelle di perairan Indonesia-Australia

REPUBLIKA.CO.ID, Keberadaan umat Islam di Bali, sangat menguntungkan bagi daerah pariwisata itu. Karena secara tidak langsung ummat Islam bisa menjadi jembatan, dalam mengundang wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia.  

 

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali, HM Taufik Asádi mengemukakan, sekurangnya ada 30 paguyuban nusantara di Bali dan sebagian besar beragama Islam. Mereka bisa mengundang dan memperkenalkan Bali kepada karib kerabat di daerah asalnya.

'Ini cara promosi yang sangat efektif untuk mendatangkan wisatawan ke Bali," kata Taufik pada Republika, Rabu (8/5) malam.  

 

Ada beberapa alasan mengapa Bali patut bersandar pada ummat Islam. Pertama secara teologis, ummat Islam mengenal doktrin untuk menjaga dan membangun daerah tempat tinggalnya, dimana pun mereka berada, agar menjadi negara atau daerah yang "baldatun toyyibatun wa robbun gofur", yakni aman, damai dan mendapat limpahan keberkahan dari Tuhan.  

 

Kedua, sejarah ummat Islam di Bali menunjukkan bahwa ummat Islam ikut bahu membahu membela dan mempertahankan daerahnya saat melawan penjajahan Belanda. Secara kebetulan ummat Islam yang masuk ke Bali pada generasi awal, salah satunya adalah pasukan perang Bugis yang menolak berdamai dengan Belanda, kemudian mereka hijrah ke Bali. Diantara mereka ada juga kalangan pedagang, yang kemudian membuka kontak dagang dengan dunia luar.  

 

"Dulu hubungan bisnis antara Bali dengan dunia luar dilakukan melalui pelabuhan-pelabuhan laut, seperti dari Pelabuhan Teluk Bundar, Desa Loloan, Kabupaten Jembrana," kata Taufik.  

 

Ummat Islam di Bali berjumlah sekitar 550.000 orang dari 4,2 juta penduduk Bali. Kebanyakan mereka berprofesi sebagai pedagang, petani, nelayan dan pekerja bangunan. Kegiatan ekonomi yang dijalani ummat Islam ini, memberikan andil yang cukup besar bagi pembangunan Bali. Karena kegiatan yang dijalankan umumnya menyangkut kebutuhan primer masyarakat. "Jadi sejak dulu, ummat Islam senantiasa ikut menjaga keamanan dan kemakmuran Bali," kata pensiunan pegawai Departemen Agama itu.  

 

Ummat Islam masuk ke Bali terbagi dalam beberapa periode, periode pertama adalah dengan kedatangan utusan dari Pulau Jawa pada 1460 M yang mendatangi Raja Dalem Waturenggong, di Gelgel, Kabupten Klunkung. Setelah itu menyusul kedatangan ummat Islam lainnya, dari Sulawesi, Kalimantan Barat dan Kepulaun Riau. Migrasi ummat Islam ke Bali terus berlanjut hingga setelah masa kemerdekaan dan sampai saat ini.

 

Meningkatnya jumlah ummat Islam di Bali jelas Taufik, juga menambah jumlah lembaga-lembaga keislaman, baik lembaga pendidikan maupun sarana ibadahnya. Keedepan harap Taufik, lembaga-lembaga itu jangan hanya berkembang secara fisik, tetapi juga lebih berperan dalam pembinaan ummat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement