REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid saat ini hanya diperuntukkan sebagai tempat ibadah semata dan jauh dari pusat aktvitas sosial ekonomi ummat. Kondisi inilah yang menjadi keprihatinan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Akibatnya, kehidupan sehari-hari umat semakin tercerabut dari lingkungan masjid yang dianggap sebagai wadah pemersatu umat Islam.
Ketua Umum DMI, M Jusuf Kalla (JK), mengatakan kondisi masjid ini semakin mengkhawatirkan ketika banyak masjid megah dibangun, namun setelah itu fungsi sebagai tempat ibadah pun tidak terlihat. "Karena banyak masjid megah setelah dibangunnya hanya diisi sedikit jamaah," katanya kepada Republika, Senin (29/4).
Data yang ada di DMI, saat ini setidaknya ada 850 ribu masjid dan lebih dari 1 juta mushala di seluruh Indonesia. Dari jumlah yang besar itu, setidaknya tidak lebih dari setengah persennya masjid dan mushola yang telah memiliki pusat komunitas. Sedangkan sisanya, bahkan ada yang hanya terkunci dan hanya dibuka bila waktu sholat tiba.
Karena itu, pada tahun ini DMI telah mencanangkan sebuah konsep masjid sebagai basis dalam Community Center sebagai aktivitas sosial ekonomi umat. Keinginan ini, muncul untuk menghadirkan kembali masjid sebagai pusat komunitas masyarakat.
Konsep ini seperti yang telah terjadi pada masa awal Islam dan dicontohkan Nabi Muhammad SAW. JK menjelaskan, setidaknya ada empat konsep masjid yang akan dijadikan pusat komunitas umat Islam, selain tempat beribadah. Dia memaparkannya sebagai masjid untuk pusat perekonomian, pusat pendidikan, pusat penghijauan, dan pusat kesehatan.
"Semua ini sudah kita konsepkan dengan matang. Dananya, kami hanya memfasilitasi dari pihak perbankan Islam, Kemendikbud, Kemenkes dan Kemenhut serta bekerja sama dengan beberapa BUMN sebagai CSR," katanya.