REPUBLIKA.CO.ID, Oleh M Husnaini
Jagad hiburan baru-baru ini dikejutkan dengan kasus penangkapan Raffi Ahmad oleh Badan Narkotika Nasional (27/1). Artis muda yang wajahnya sering muncul di TV itu diduga melakukan pesta narkoba di rumahnya bersama teman-temannya.
Terlepas dari benar-tidaknya dugaan itu, ada hikmah yang patut kita petik bersama. Narkoba atau kejahatan lain yang serupa selalu melibatkan banyak orang. Ketika ditangkap pihak berwenang, pelaku kejahatan narkoba, seks bebas, atau perjudian, selalu bersama beberapa teman. Juga dalam kasus tawuran, tidak pernah ada pelaku tunggal.
Tidak salah, Islam jauh-jauh hari sudah mengingatkan soal bagaimana berteman. Memilih teman, menurut Islam, adalah niscaya. Boleh dibilang, hitam-putihnya kualitas manusia sangat mungkin ditentukan oleh faktor teman. Dan karena kita adalah makhluk sosial, persoalan teman menjadi perkara penting. Kita harus memiliki teman dan tidak mungkin bisa hidup sendirian.
Allah menyuruh kita untuk akrab dengan orang yang taat dan ahli ibadah, serta berpaling dari orang yang lalai dan memuja hawa nafsu. “Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja dengan mengharap Ridha-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (Al-Kahfi: 28).
Menurut ayat ini, teman yang baik akan mendorong kita untuk berbuat baik. Teman buruk akan menyebabkan kita jauh dari ibadah. Salah-salah, iman dan keyakinan kita menjadi taruhannya. Tepatlah sabda Nabi, “Jangan kamu berteman kecuali dengan orang beriman. Jangan memakan makananmu, kecuali orang bertakwa” (Abu Dawud).
Dalam hadis lain, beliau juga menyatakan, “Seseorang itu bersama yang dicintainya” (Muttafaq Alaih). Dan ada hadis lain menyatakan, “Seseorang itu berada di atas agama temannya. Maka hendaklah salah seorang kamu memperhatikan dengan siapa ia berteman” (Tirmidzi)
Orang sangat dimungkinkan terpengaruh dalam agama dan akhlak orang yang diakrabinya. Maka kita harus pandai-pandai dalam memilih teman. Sikap selektif dalam persoalan teman bukanlah tindakan salah. Juga bukan berarti kita telah membeda-bedakan antara manusia satu dan lainnya. Faktanya, membeli pena saja kita memilih, apalagi teman. Salahlah orang yang suka mencemooh sikap selektif dalam memilih teman.
Memilih teman itu perintah Islam. Hadis berikut sangat populer. “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan yang buruk itu seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya atau engkau membelinya atau engkau hanya akan mencium harumnya. Sementara pandai besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium bau yang tidak sedap” (Bukhari dan Muslim).
Sejenak mari renungkan nasihat Ibnu Qudamah Al-Maqdisi. Dalam kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin, ia menyebutkan kriteria teman yang baik, yaitu berilmu, bermoral mulia, bukan pendosa, bukan ahli bid'ah, dan bukan rakus dunia.
* Penulis adalah mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya