REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian seorang dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengungkap fakta mengejutkan terkait pengumpulan kotak amal.
Di salah satu masjid utama sebuah universitas ternama di Kota Gudeg tersebut, pengumpulan kota amal dalam sekali 'Jumatan' bisa mencapai Rp 14 juta. Dalam satu bulan, hanya dari kotak amal 'Jumatan', masjid tersebut bisa memperoleh Rp 56 juta!
Muhammad Akhyar Adnan, si empunya penelitian mengatakan pengurus masjid kampus tersebut mengakui biaya operasional masjid hanya Rp 10 juta per bulan. Sementara Rp 46 juta sisa setiap bulan tidak dimanfaatkan untuk hal produktif.
Dari 50 masjid yang didatanginya di lima wilayah Yogyakarta, Adnan menghitung uang amal yang terkumpul mencapai Rp 269,9 miliar.
Dengan uang segunung ini, Adnan mengaku bingung masih ada masjid yang mencari dana pembangunan masjidnya dengan meminta-minta di pinggir jalan.
"Ini karena kurangnya persaudaraan antarsesama muslim (ukhuwah), sehingga masih ada yang menganggap bahwa uang yang ada itu milik masjidnya sendiri, dan tidak dibuat untuk membantu masjid yang lain," kata Adnan ketika dihubungi ROL, Rabu (6/1).
Saat dihubungi, Adnan bersiap berangkat ke Jerman. Rencananya, Adnan akan mengungkap fenomena kotak amal masjid di Indonesia ini ke forum keuangan syariah internasional yang dihelat di Leibniz Universitat, Hannover.
Di pertemuan internasional tingkat kampus tersebut, Adnan akan mempresentasikan penelitian yang diberi judul 'An Investigation of the Financial Management Practices of the Mosques In The Special Region of Yogyakarta Province, Indonesia'.
Lima wilayah yang didatangi Adnan adalah Yogyakarta, Bantul, Sleman, Gunung Kidul, dan Kulonprogo. Adnan mendatangi masjid dengan membaginya ke dalam kriteria masjid kecil, menengah, dan besar berdasarkan usia, ukuran, dan lokasi.
Di masjid lainnya, Adnan mendapati pengurus masjid yang terkesan menutupi penggunaan uang kotal amal menganggur yang mencapai Rp 80 juta.
"Katanya baru terpakai bulan puasa nanti, tapi tidak jelas untuk apanya," ujar dia.
Adnan menyatakan penelitiannya ini hanya berawal dari rasa penasaran pada penggunaan uang kotak amal yang diedarkan setiap kali 'Jumatan'.
"Saya juga sudah mencoba menghubungi Pak Jusuf Kalla (mantan Wapres RI) sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia untuk memperhatikan soal ini, tapi belum direspon," tukas dia.