REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan pendirian masjid di Indonesia dinilai rendah dibanding tempat ibadah agama lain. Menurut data Kementerian Agama (Kemenag), pertumbuhan masjid sampai saat ini hanya sekitar 64 persen.
Dibandingkan dengan pertumbuhan tempat ibadah lain saja, pertumbuhan masjid masih jauh di bawah. Prosentase pertumbuhan itu mematahkan anggapan Kemenag hanya mengakomodir pendirian tempat ibadah bagi umat muslim saja.
Berdasarkan data yang ada, pertumbuhan gereja di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 150 persen. Pendirian tempat ibadah umat Hindu tumbuh 300 persen dari sebelumnya. Sedangkan tempat ibadah umat Buddha tumbuh lebih dari 400 persen.
Menurut Menteri Agama, Suryadharma Ali, rendahnya pertumbuhan pendirian masjid dibanding tempat ibadah lain, karena umat Islam masih mengandalkan sumbangan di pinggir jalan. Dengan sistem pengumpulan dana seperti itu, kata dia, justru tidak mencerminkan kesatuan umat Islam sendiri. "Umat Islam masih mengandalkan 'ecrek-ecrek' di pinggir jalan untuk membangun masjid," kata dia.
Jika umat Islam bisa bersatu, harusnya memiliki kekuatan yang besar dalam semua hal. Baik kekuatan ekonomi, politik, maupun kebudayaan. Namun, faktanya, umat Islam sekarang masih terpecah dalam golongan-golongan.
Padahal, tambah Suryadharma Ali, umat agama lain sangat cepat dalam membangun tempat ibadah. Sebab, dari sisi pendanaan, umat ibadah lain sangat besar potensinya. "Begitu keluar izin pendiriannya, dalam waktu tiga bulan, tempat ibadah mereka sudah berdiri," tambah Suryadharma.