Kamis 17 Jan 2013 12:13 WIB

Masjid Al-Hurriyah, IPB Bermain dengan Bangun Segitiga (1)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Al-Hurriyah kampus IPB, Bogor.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Masjid Al-Hurriyah kampus IPB, Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, Selain memunculkan bentuk unik, dominasi bangun segitiga juga memaksimalkan pencahayaan dan sirkulasi udara alami.

Hari telah menapak senja, ketika puluhan mahasiswa masih saja asyik bercengkerama di selasar Masjid Al-Hurriyah, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pada masa aktif perkuliahan, pemandangan seperti ini memang jamak terlihat di masjid kampus tersebut.

Meski posisinya agak menyempil ke tengah area kampus, Masjid Al-Hurriyah tetap memiliki daya pikat kuat. Alhasil, para mahasiswa Muslim di kampus ini senantiasa bersemangat mendatanginya untuk beribadah atau berdiskusi meski hari telah beranjak senja.

Dalam sebuah polling tak resmi disebutkan, Masjid Al-Hurriyah termasuk salah satu dari tujuh masjid kampus termegah di Tanah Jawa. Sebuah predikat yang membanggakan, bukan?

Tetapi, sejujurnya, jika memerhatikan secara seksama ke dalam masjid, simbol-simbol kemegahan itu sebenarnya tak banyak dipertontonkan. Bahkan, boleh dibilang, masjid yang dirancang oleh Ahmad Noe’man, sang maestro arsitektur masjid di Indonesia ini, tak ubahnya sebuah aula yang lapang.

“Dulu bahkan ada orang luar yang mengira di sini tempat untuk bertanding olahraga,” kata Encu Syamsuddin, Ketua Umum Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Hurriyah.

Sebutan aula itu muncul lantaran interior masjid ini begitu lapang tanpa banyak sekat atau pembatas. Kalaupun ada sekat, itu pun sifatnya tak permanen. Penyekat itu berupa pintu-pintu lipat yang mengelilingi bagian utama masjid.

Namun, semua pintu itu bisa dilepas sehingga tak ada lagi batas antara ruang utama dan selasar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement