Selasa 15 Jan 2013 15:38 WIB

Masjid Agung Magelang, Dominasi Arsitektur Jawa (2)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Agung Magelang.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Masjid Agung Magelang.

REPUBLIKA.CO.ID, Selain atapnya yang merujuk pada Masjid Agung Demak, masjid ini juga memiliki tiang menara.

Dari kejauhan, tiang menara ini terlihat sangat mencolok sehingga bisa dijadikan sebagai penanda keberadaan masjid.

Di luar bentuk arsitekturalnya, masjid ini juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satunya pada permainan warna hijau yang diaplikasikan pada hampir seluruh permukaan bangunan. Di banyak tempat, warna hijau identik dengan’ warna Islam’ yang mengandung arti kesejukan dan rahmatan lil alamin.

Tak hanya di eksterior, warna hijau juga mendominasi interior. Selain menumbuhkan nuansa sejuk, dominasi warna hijau muda di bagian dalam masjid juga menciptakan kesan lapang. Tiang-tiang penyangga juga tampil dengan warna hijau, yang tampak serasi dengan warna bingkai jendela.

Bagian selasar masjid juga disangga oleh tiang-tiang berukuran besar. Nah, di antara tiang-tiang besar itu terdapat sebuah beduk besar. Beduk inilah yang hingga kini masih kerap dimanfaatkan untuk menandai masuknya waktu shalat.

Selasar yang lapang ini juga kerap dimanfaatkan oleh para pengunjung ataupun jamaah masjid ini untuk beristirahat. Di sini, mereka bisa dengan leluasa merebahkan diri sembari menelisik setiap sudut bangunan masjid.

Masjid yang berdiri megah di jantung Kota Magelang ini ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Dalam banyak catatan disebutkan, masjid ini awalnya merupakan mushala yang dibangun Kiai Mudzakir sekitar 400 tahun silam. Tempat ibadah ini didirikan sebagai pusat syiar agama Islam di wilayah Magelang dan sekitarnya.

Proses pembangunan menjadi masjid dirintis pada 1894 atas prakarsa dari Sajid Alwi bin Achmad Danuningrat, Bupati Magelang pertama. Awalnya, masjid ini bernama Masjid Jami’ Magelang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement