REPUBLIKA.CO.ID Sebelumnya, Awayda bersama sejumlah Muslim Amerika membentuk sebuah organisasi nonprofit bernama Muslim America Care and Compassion Alliance.
Dari organisasi inilah kemudian berdiri Klinik Rahma, yang mengambil tempat di sebuah bekas kantor dokter.
Namun, mendirikan klinik bukanlah hal mudah. Seperti dikatakan Awayda, banyak waktu dihabiskan hanya untuk mengurus sertifikasi klinik dari negara. Menentukan lokasi klinik juga melalui proses panjang.
Bagian selatan Syracuse dipilih karena kawasan tersebut memiliki catatan kesehatan yang buruk. Jumlah penderita penyakit, seperti diabetes, darah tinggi, asma, dan pneumonia, di kota ini cukup banyak. Padahal, penyakit-penyakit tersebut sebenarnya sangat mungkin dicegah.
Saat ini, Klinik Rahma memiliki empat dokter, dua perawat, seorang pekerja sosial, dan seorang petugas administrasi. Delapan orang tersebut merupakan relawan dan tidak dibayar. Karena tenaga yang terbatas, pasien harus membuat janji terlebih dulu sebelum berobat. Namun ke depan, menurut Awayda, klinik akan beroperasi penuh sepanjang hari kerja.
Beberapa waktu lalu, sebelum klinik resmi dibuka, para relawan membuat kebun buah dan sayur di sekitar klinik. Tujuannya, membimbing masyarakat untuk membudayakan hidup sehat. Langkah ini dirasa penting, mengingat menjamurnya restoran cepat saji di kawasan selatan Syracuse, sementara penjual produk segar sangat minim.
Klinik Rahma bukanlah upaya pertama masyarakat Muslim Amerika untuk berkiprah di bidang kesehatan. Laman web OnIslam mengabarkan, tahun lalu asosiasi dokter keturunan Pakistan membuka klinik serupa di Masjid Balal Universitas St Louis, Missouri, AS.
Mereka memberikan pelayanan pengobatan gigi, mata, anak, dan layanan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Semua layanan ini pun diberikan secara cuma-cuma.