Jumat 04 Jan 2013 20:57 WIB

Masjid Baitul Ihsan, Desain Terbuka Sarat Estetika (4-habis)

Rep: Mohammad Akbar/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta.

Sepenggal Sejarah

Masjid Baitul Ihsan BI diresmikan penggunaannya pada 18 Mei 2001.

Sebelum sampai pada acara peresmian itu, ternyata ikhtiar yang harus dilakukan untuk membangun masjid ini sangat panjang.

Dalam sebuah catatan disebutkan, keinginan membangun masjid ini sudah tertuang dalam Masterplan Kompleks Perkantoran Bank Indonesia (Koperbi) pada 1978.

Satu dekade kemudian dilakukan revisi terhadap masterplan tersebut. Pada revisi tahap pertama ini dirancang pembangunan masjid di sisi Jalan Abdul Muis.

Tetapi, setelah melalui berbagai pertimbangan, rencana tersebut direvisi kembali. Barulah pada revisi kedua (1998) disepakati, masjid dibangun di sisi Jalan Budi Kemuliaan.

Setelah ada kesepakatan itu, proses pembangunan pun dimulai. Pertengahan 1998, Direktorat Logistik dan Pengamanan BI serta Dewan Gubernur BI menyepakati sebuah nama untuk masjid tersebut, yakni Baitul Ihsan.

Secara bahasa, Baitul Ihsan memiliki arti rumah kebajikan. Filosofinya, kata Agung Rijadi, Manajer Operasional dan Layanan MMBI (Manajemen Masjid Baitul Ihsan), masjid ini merupakan tempat bagi orang-orang yang percaya bahwa dalam menjalani gerak, langkah dan pikiran selalu diawasi oleh Allah SWT.

“Arti ini mencakup unsur integritas dari pimpinan dan pegawai Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement