Selasa 18 Dec 2012 18:45 WIB

Melihat Islam di Bandara Terbaik Dunia (2)

Incheon International Airport di Korea Selatan.
Foto: magicmurals.com
Incheon International Airport di Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, Incheon International Airport (IIA) dibangun pada 1992 untuk menggantikan Bandara Internasional Gimpo yang sekarang difungsikan sebagai bandara domestik, kecuali untuk beberapa penerbangan ke negara tetangga, seperti Cina dan Jepang.

Tahun ini, tak kurang 80 maskapai penerbangan internasional beroperasi di IIA, salah satunya Garuda Indonesia.

Di antara 80 maskapai penerbangan tersebut, yang terbesar menurut jumlah penumpang adalah Korean Air dan Asiana Airlines.

Tahun ini pula, tiga kali berturut-turut IIA meraih penghargaan sebagai bandara terbaik dunia masing-masing dari IATA, ACI, dan Skytrax.

Jarum jam terus berdetak. Tepat pukul 13.00 waktu setempat, kami mencari informasi mengenai tempat yang kiranya bisa digunakan untuk menunaikan shalat. Setelah beberapa kali bertanya, sampailah kami di salah satu sudut IIA.

Kami terpana melihat bangunan mushala yang cantik, luas, nyaman, dan sangat bersih. Tampak beberapa Muslim lokal dan pendatang dari berbagai penjuru dunia sedang menunaikan shalat Zhuhur.

Setelah masuk ke dalam mushala, saya melihat sebuah rak yang berisi Alquran dan beberapa buku keislaman. Selain dalam bahasa Korea, keterangan di rak itu juga ditulis dalam bahasa Inggris.

Dalam hati, saya mengucap, “Subhanallah.” Betapa di tengah bangunan yang sangat modern ini, di negeri yang sebagian besar masyarakatnya tidak mengenal Allah, terdapat mushala yang sangat Indah dan bersih.

Hikmah

Melihat mushala di tengah IIA, saya menyadari bahwa Islam adalah sebenar-benar rahmatan lil alamin. Islam ada di segala penjuru mata angin, di setiap sudut dari dunia ini. Wajah Islam nan indah tak hanya ada di Indonesia, sebuah negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.

Wajah Islam dengan segala keagungannya ternyata ada di mana-mana, termasuk di IIA yang berada di negeri dengan mayoritas penduduk ateis alias tidak mengenal Allah. Saya pun kian memahami esensi dari Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin yang berkali-kali diterangkan oleh Prof Laode.

* Penulis: Marlis Herni Afridah     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement