REPUBLIKA.CO.ID, Dalam waktu dekat, kapasitas masjid ini bakal bertambah.
Sebab, saat ini Masjid Nurul Falah sedang dalam proses perluasan bangunan.
Perluasan itu dilakukan di sisi utara dari bangunan utama atau di sisi belakang dari jalan utama Karang Tengah. Bangunan baru dua lantai ini mampu menampung sekitar 300 jamaah.
''Nah, sekarang ini kami masih membutuhkan dana. Jadi, bagi yang mau berpartisipasi membangun, kita sangat terbuka,'' kata Syarnubi.
Berawal dari Langgar
Siapa sangka Masjid Jami' Nurul Falah yang megah ini dulu hanyalah sebuah langgar. ''Langgar itu milik Guru Jaisan,'' ungkap Syarnubi.
Tak hanya tempat untuk shalat, langgar itu juga merupakan tempat untuk menyelenggarakan pendidikan. Peserta didiknya adalah anak-anak hingga orang dewasa. Kala itu, Indonesia belum merdeka sehingga seringkali masjid ini pun menjadi basis pertahanan.
Langgar itu ''naik pangkat'' menjadi masjid pada 1952. Masjid tersebut berdiri di atas tanah wakaf seluas 400 meter persegi. Sementara, nama Masjid Jami' Nurul Falah baru disematkan pada 1960-an. ''Yang memberikan nama adalah Ustaz Achmad Nairan.''
Pada 1971, masjid ini direnovasi. Renovasi dan perombakan kembali dilakukan pada 1984. Saat itulah dilakukan peletakan batu pertama untuk membangun masjid dengan desain seperti yang tampak sekarang.
Duo arsitek, Both Soedargo dan Taufik, pun dipercaya untuk menghadirkan sebuah bangunan masjid modern. ''Kebetulan keduanya adalah warga Karang Tengah,'' ujarnya.
Proses renovasi dan perombakan ini tuntas dalam waktu dua tahun. Peresmiannya dilakukan oleh Menteri Sekretaris Negara Sudharmono pada 13 Desember 1986.