Kamis 13 Dec 2012 12:48 WIB

Perkenalkan, Televisi Islam untuk Muslim Rusia

Rep: Agung Sasongko/ Red: Fitria Andayani
Muslim Rusia
Foto: IRIB
Muslim Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Komunitas Muslim Rusia kini punya rujukan alternatif informasi terkait Islam. Stasiun televisi AL-RTV adalah rujukan itu.

Tak sekedar berias wajah Islam,  stasiun televisi tersebut mencoba konsisten untuk menjalankan misinya. Satu bentuk konsistensi itu adalah membiasakan pengucapan 'Assalamualaikum' ketika membuka acara. Tentunya, hal sederhana ini patut diapresiasi. Karena pengucapan salam merupakan cermin budaya Islam yang perlu diperkuat dan disebarluaskan. "Satu masalah besar ketika Muslim tidak tahu apa itu Islam," ungkap Rustem Arifghanov, pembawa acara AL-RTV, seperti dikutip PRI's The World, Kamis (13/12).

Menurut Rustem, hal yang mendesak untuk kembali menjembatani Muslim Rusia dengan Islam setelah 70 tahun dipaksa menjadi atheis pada masa Uni Soviet. "Jadi, kita coba melalui saluran televisi ini untuk menceritakan kisah Muslim Rusia, bukan Muslim Timur Tengah, Turki, atau Iran," ucapnya.

Pemaparan itu, lanjut dia, akan mengantarkan Muslim Rusia pada realita sesungguhnya tentang Islam. Selanjutnya, Muslim Rusia akan memahami bagaimana nenek moyang mereka bertemu dengan Islam dan memelihara perdamaian dengan umat agama lain selama berabad-abad. "Tentu, kami harus mampu melakukan ini, " kata dia.

Analis Agama, Geraldine Fagan menilai masalah utama yang dihadapi Muslim Rusia adalah kegagalan pemerintah untuk menawarkan pendidikan Islam di Rusia. Kekosongan ini selanjutnya dimanfaatkan kelompok radikal untuk membawa ide radikal. Jadi, Muslim Rusia lebih banyak disisipi pemikiran asing ketimbang. "Pemerintah seharusnya mencoba untuk menandingi pemikiran asing dengan mendorong pendidikan Islam versi Rusia," kata dia.

Pakar Studi Islam, Universitas St. Petersburg, Alexander Sotnichenko mengatakan, AL-RTV bisa dikatakan berhasil menjalankan misinya apabila dialog diantara komunitas Muslim Rusia. Ini sangat penting guna memudahkan proses integrasi. "Rusia sendiri sebenarnya belum membangun identitasnya setelah Uni Soviet runtuh. Karena itu, kita butuh diskusi untuk mengetahui identitas. Jangan sampai kita takut berdiskusi," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement