REPUBLIKA.CO.ID, Ayahnya bernama Abu Mu’ith Aban bin Abu Amr bin Umayah bin Abdi Syams, seorang tokoh utama kaum Quraisy di Makkah.
Namun, Uqbah bin Abi Mu’ith lebih suka dipanggil Abul Walid merujuk pada nama anaknya al-Walid bin Uqbah. Uqbah adalah seorang Quraisy yang sangat kaya. Dia adalah pengusaha terkenal.
Ternaknya digembalakan di hampir seluruh jazirah. Pada musim panas, ia akan berdagang ke negara-negara di sebelah utara, yaitu di Syam. Sedangkan, pada musim dingin, ia berdagang di negara-negara selatan, yaitu di Yaman.
Sebagai seorang pengusaha, Uqbah menjalin hubungan yang akrab dengan semua kolega dan relasinya. Untuk itu, ia tak segan-segan untuk mengeluarkan biaya dari sakunya sendiri untuk mentraktir makan teman-temannya atau menjamu mereka dalam sebuah pesta.
Dalam acara tersebut, Uqbah biasanya mengundang para tokoh masyarakat, baik dari kalangan pengusaha maupun tokoh berpengaruh lainnya.
Suatu kali, Uqbah mengundang Rasulullah yang bersedia menghadiri undangan tersebut. Bagi Nabi Muhammad, kesempatan ini bisa dimanfaatkan sebagai waktu yang tepat untuk berdakwah.
Ketika hidangan sudah tersedia, Rasulullah pun berkata, “Wahai Uqbah, saya tidak akan makan hidangan Anda sampai Anda bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya adalah Rasul-Nya.”
Secara spontan Uqbah menyanggupinya dan tak lama kemudian ia mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan orang banyak. Uqbah telah masuk Islam.
Sebenarnya, Uqbah sudah lama menaruh simpati dan terpanggil hatinya kepada Islam, hanya saja ia masih merahasiakan suara batinnya itu karena pengaruh sahabat dan kaumnya yang rata-rata membenci ajaran Islam, yang menolak penyembahan terhadap berhala-berhala di Ka’bah.
Ketertarikan tersebut muncul sepulang dirinya dan tokoh pemimpin Quraisy Abu Jahal dari sebuah perjalanan jauh. Ketika itu, dia mendengar Rasulullah yang sedang membaca Alquran. Peristiwa tersebut sedikit memengaruhi hatinya yang terbiasa berbuat jahat.




