Senin 26 Nov 2012 23:52 WIB

Muhamadiyah, Bersiap Menuju Abad Kedua (2-habis)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Sejumlah peserta mengikuti acara Milad Seabad Muhammadiyah di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Ahad (18/11).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sejumlah peserta mengikuti acara Milad Seabad Muhammadiyah di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Ahad (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Muhammadiyah ingin menjadi basis kekuatan yang bisa menjaga nilai-nilai dasar di dalam masyarakat.

Sementara, karakter agama dan budaya, bisa menjadi kekuatan yang positif bagi bangsa ke depan.

Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan yang penting diingat adalah kekuatan agama harus selalu melihat ke akar rumput, bukan menjadi kekuatan elitis.

“Kalau tokoh-tokoh ulama orientasinya elitis dan sibuk memobilisasi diri sendiri maka umat dan masyarakat akan menjadi komunitas tidak bertuan. Untuk itu, perlu ditingkatkan gerakan-gerakan dan tokoh-tokoh keagamaan yang lebih populis agar bisa menjangkau umat secara keseluruhan,” jelasnya.

Bentuk generasi baru

Bagaimana dengan pendidikan? Dalam pandangan Haedar, pendidikan harus dijadikan senjata utama agar mampu bersaing menghadapi semua tantangan yang mungkin dihadapi.

Muhammadiyah harus mampu membentuk generasi baru yang tidak hanya punya kesadaran global, tapi juga lokal.

Pada era global ini, lanjut dia, silang kepentingan kekuatan besar akan terus terjadi. Untuk itu, diperlukan para aktivis yang mampu menjadi kekuatan untuk mentransformasi diri.

“Mereka yang mau ambil bagian dalam memajukan masyarakat menjadi lokomotif bagi masyarakat yang berperan sebagai gerbong. Jadi, jangan sendirian, tapi menyatu,” katanya.

Kader muda Muhammadiyah merupakan sosok penting bagi kelangsungan dakwah ormas Islam ini pada masa depan. Dengan demikian, kapabilitas dan kapasitas keilmuan kader muda yang mumpuni perlu diimbangi dengan internalisasi nilai yang menjadi akhlak kepemimpinan Muhammadiyah.

Menurut mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Syafi’i Maarif, sangat penting untuk mewariskan nilai-nilai utama kepribadian Muhammadiyah kepada generasi muda. Nilai-nilai tersebut, di antaranya, keikhlasan, kegigihan, rela berkorban, kebersahajaan, berjiwa kesatria, dan penuh keteladanan.

“Kekuatan itu harus digunakan untuk memperbaiki moral bangsa yang tercabik-cabik. Saat ini, banyak tawuran antarpelajar, mahasiswa, dan bentrok antardesa,” kata Syafi’i.

Pada usianya yang sudah seabad ini, lanjut dia, Muhammadiyah memiliki peran yang tidak kecil dalam sejarah pergerakan membebaskan bangsa dari kemunduran dan keterbelakangan. “Karena itu, harus bisa melihat kondisi masyarakat sekitar dan berbuat untuk memperbaiki keadaan,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement