Senin 26 Nov 2012 21:56 WIB

Jejak Langkah Muhammadiyah (3)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Sejumlah peserta mengikuti acara Milad Seabad Muhammadiyah di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Ahad (18/11).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sejumlah peserta mengikuti acara Milad Seabad Muhammadiyah di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Ahad (18/11).

Ajak kaum perempuan

Tak seperti banyak organisasi Islam maupun nasional saat itu yang lebih mementingkan pengembangan kualitas laki-laki, Muhammadiyah berusaha untuk menjangkau pula kaum perempuan.

Hal itu tergambar dari kegigihan KH Ahmad Dahlan dalam memberikan pelajaran dan pengetahuan kepada para ibu muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidratul Muntaha”. Selanjutnya, ia merintis gerakan perempuan bernama Aisyiyah pada 1917.

Bagi KH Ahmad Dahlan perempuan Muslim tak seharusnya selalu berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat. Dan, secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan.

Langkah pembaruan inilah yang membedakan KH Ahmad Dahlan dari para pembaru Islam lainnya, termasuk Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain.

Saat ini, Muhammadiyah telah tumbuh dan berkembang jauh ke depan. Selain itu, Muhammadiyah memiliki sangat banyak amal usaha.

“Lembaga pendidikan saja, Muhammadiyah memiliki 170 perguruan tinggi, belum lagi rumah sakit dan balai kesehatan,” kata Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Kehadiran Muhammadiyah di kancah pergerakan kebangsaan dan khazanah keagamaan terbukti mampu membuka gerbang baru bagi Islam di Indonesia dan ikut serta menentukan merah biru perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Selama ini, Muhammadiyah secara konsisten bergiat dalam ranah dakwah, pemberdayaan masyarakat, serta pengentasan kemiskinan dan kebodohan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement