Senin 26 Nov 2012 21:29 WIB

Jejak Langkah Muhammadiyah (2)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Umat Islam kala itu berada dalam keadaan jumud, beku, dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik.

Melihat keadaan tersebut, KH Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Alquran dan hadis.

KH Ahmad Dahlan ingin membersihkan akidah Islam dari segala macam syirik,  membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah, dan membersihkan kepercayaan dari khurafat. Dia pun merombak taklid untuk kemudian memberikan kebebasan dalam berijtihad.

Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya dakwah KH Ahmad Dahlan mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Dalam waktu singkat, ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman, bahkan sampai ke luar daerah dan luar Pulau Jawa.

Muhammadiyah kemudian mengambil peran yang lebih besar dalam kehidupan bernegara, yaitu dengan melakukan reformasi di bidang pendidikan. Dia merintis lembaga pendidikan Islam “modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum.

Hal ini berbeda dari lembaga pondok pesantren kala itu. Dari sekolah tersebut, diharapkan tumbuh generasi Muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah keimanannya.

Sekolah yang digagas KH Ahmad Dahlan dimulai dengan delapan orang siswa, yang belajar di ruang tamu rumahnya yang berukuran 2,5 m x 6 m. Dia sendiri yang bertindak  sebagai guru.

Keperluan belajar juga disiapkan oleh KH Ahmad Dahlan dengan memanfaatkan dua buah meja miliknya. Sementara, dua buah bangku tempat duduk siswa dibuat sendiri oleh sang kiai dari papan bekas kotak kain mori dan papan tulis dibuat dari kayu suren.

Pendirian sekolah tersebut ternyata tak mendapat sambutan yang baik dari masyarakat sekitar, kecuali beberapa orang pemuda. Pada tahap awal, proses belajar mengajar belum berjalan lancar. Selain ada penolakan dan pemboikotan masyarakat sekitarnya, para siswa yang hanya berjumlah delapan orang itu juga sering tidak masuk sekolah.

Untuk mengatasi hal tersebut, KH Ahmad Dahlan tidak segan-segan datang ke rumah para siswanya dan meminta mereka masuk sekolah kembali. Selain itu, dia pun terus mencari siswa baru.

Lambat laun jumlah murid di sekolahnya bertambah banyak. Nah, konsep pendidikan di sekolah inilah yang diadopsi oleh banyak lembaga pendidikan Islam di Tanah Air hingga saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement