REPUBLIKA.CO.ID, Kini, Baitul Mal wa Tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT UGT) Pondok Pesantren Sidogiri mengeluarkan program haji menarik yang diminati umat.
Jika program pemerintah menabung Rp 25 juta, baru bisa naik haji 11 tahun kemudian, program BMT UGT, menaruh simpanan Rp 25 juta selama enam tahun minimal mendapat Rp 67 juta.
Itu karena labanya tidak pernah kurang dari 17 persen. Dari angka tersebut penabung untung, uangnya bertambah. Bahkan bisa untuk membayar ONH plus sehingga berhaji lebih cepat. “Program-program seperti ini membuat masyarakat tertarik,” papar Mahmud.
Keuntungan usaha tersebut dinikmati pula untuk pesantren, yaitu dari kopontren. Selama empat tahun pondok pesantren mendapat dana BOS dari pemerintah sebesar Rp 1,4 miliar per tahun.
“Tapi sejak 2011, kami menolak dana BOS karena kami bisa mendapat income yang lebih besar dari BOS, yaitu Rp 1,7 miliar per tahun,” ujarnya.
Keuntungan usaha-usaha yang dikelola para alumni Ponpres Sidogiri yang memasuki berusia 262 tahun ini dirasakan pula karyawannya.
Bisyarah (gaji) yang diterima karyawan di atas UMR tertinggi di Jawa Timur. Gaji office boy saja bisa Rp 1,3 juta, karyawan lain ada yang gajinya sampai Rp 14 juta.
Ke depan, ada beberapa program yang bakal dikembangkan lagi, yaitu membuka BMT di berbagai daerah. Programnya tersebar pada 72 BMT, kini baru terealisasi 32 cabang di enam provinsi. Sekarang Sidogiri sedang mengembangkan di empat provinsi, yaitu Bali, Kalimantan Selatan, Riau, dan Lampung.