REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin membuka Pameran Arsip 100 Tahun Muhammadiyah dan Dialog Publik 'Arsip Muhammadiyah Sebagai Sumber Penulisan Sejarah Bangsa', Jumat (16/11).
Penyelenggaraan kearsipan ini dinilai penting, karena menjadi bukti keberadaan dan peran Muhammadiyah. Dengan kegiatan pengarsipan ini, perkembangan Muhammadiyah yang tidak diketahui masyarakat dapat menjadi sebuah informasi. Selain itu, pengarsipan juga menjadi bentuk penyelamatan dokumen-dokumen sejarah Muhammadiyah sejak berdiri.
Karenanya, dilakukan upaya pelestarian arsip-arsip Muhammadiyah dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Penandatangan Nota Kesepahaman ini dilakukan Din dan Kepala ANRI, Asichin di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya 62, Jakarta Pusat, Jumat (16/11).
Dalam acara ini, juga dipamerkan koleksi dari ANRI yang berhubungan dengan perkembangan Muhammadiyah. Asichin menilai penandatanganan MoU ini sebagai bentuk persahabatan dan persaudaraan yang dapat membawa manfaat bagi umat bersama.
Din mengatakan terima kasih atas pengumpulan arsip-arsip Muhammadiyah yang tidak dimiliki Muhammadiyah tapi dimiliki ANRI. Ia meminta Kepala ANRI segera melakukan realisasi atas Nota Kesepahaman Penyelenggaraan Kearsipan.
"Jangan sampai Nota Kesepahaman ini juga hanya jadi arsip," kata Din dalam memberikan sambutan.