REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Santri tak bisa dilepaskan dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bahkan saat perang mempertahankan kemerdekaan RI, ulama memfatwakan wajib hukumnya jihad fi sabilillah melawan penjajah. Seruan ulama inilah yang dikenal dengan resolusi jihad.
Adalah pendiri Nahdhatul Ulama K.H Hasyum Asy'ari yang menjadi pelopor resolusi jihad ini lahir. Bermula dari kedatangan pasukan Sekutu dan Belanda di Surabaya untuk melakukan agresi militer Belanda II.
Mengetahui kedatangan pasukan Belanda, Presiden RI Soekarno segera menemui KH Hasyim Asy'ari. Pertemuan itu menghasilkan semangat untuk melawan sekutu. KH Hasyim Asy’ari menyatakan dengan tegas. KH.
Hasyim Asy’ari kemudian memanggil Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syamsuri dan para kiai lainnya untuk mengumpulkan para kiai se-Jawa dan Madura berkumpul. Semuanya bertemu di Surabaya untuk segera mengadakan rapat darurat, dipimpin Kiai Wahab Chasbullah.
Hasilnya, pada 23 Oktober, KH Hasyim Asy’ari mendeklarasikan seruan jihad fi sabilillah yang terkenal dengan istilah Resolusi Jihad. Segera setelah itu, pesantren-pesantren di Jawa dan Madura menjadi markas pasukan non regular pasukan Hizbullah dan Sabilillah. Mereka semuanya berperang melawan penjajah.