Jumat 09 Nov 2012 21:16 WIB

Nikmatnya Dakwah di Pedalaman (2)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
Dai di pedalaman Papua harus tahan banting kala berdakwah. Medan seberat apa pun tak menyurutkan langkah mereka.
Foto: Dok AFKN
Dai di pedalaman Papua harus tahan banting kala berdakwah. Medan seberat apa pun tak menyurutkan langkah mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, Dakwah di kota besar dan pedalaman sungguh beda, tak bisa dibandingkan.

Jangan membandingkan dengan ustaz di kota-kota besar yang diundang ceramah lengkap dengan akomodasi.

Kalau di daerah, menuju ke lokasi harus berjalan kaki berjam-jam, lalu naik speed boat menyusuri sungai/laut, dilanjutkan kendaraan bermotor.

Maka itu, tidak heran kalau berdakwah sampai berhari-hari karena kondisi medan yang kurang bersahabat.

Pengalaman Ustaz Shomad yang asal Merauke ini ketika berdakwah ke Haju, Kecamatan Mapp, Papua, membutuhkan perjalanan panjang. Dia harus naik kapal kayu selama empat hari empat malam.

Turun dari kapal kayu dilanjutkan naik speed boat selama tiga hingga empat jam. Selama perjalanan, badai, hujan angin, atau gelombang yang tinggi bu kan lagi tantangan yang berat baginya.

“Kalau sekadar badai, cuaca buruk, atau perjalanan jauh tidak ada apa-apanya. Tapi, bagi saya, tantangan yang paling berat bagaimana agar umat Islam di Asmat bisa menjalankan Islam secara kaffah,” tegas ustaz yang merasakan nikmat sesungguhnya berdakwah di pedalaman.

Sebelumnya, Shomad sendirian berdakwah di Asmat. Merasa ilmu yang dimilikinya masih kurang, lalu mengikuti diklat dai selama tiga bulan. Kini, dia bergabung bersama Ustaz Fadhlan Garamatan di Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), sebuah lembaga dakwah Islam yang aktif berkiprah di Papua.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keluarganya, Shomad menerapkan hidup sederhana. Pernah persediaan makanan minim, hanya makan mi. Tidak ada sayuran, tinggal memetik daun-daunan yang ada di sekitar rumah. “Jadi dai itu jangan manja, harus siap dalam segala kondisi,” pesannya.

Kalau ada yang membayar atau memberinya rezeki, Shomad tidak masukkan ke kantung pribadi, tetapi ke kas untuk pengembangan dakwah berikutnya.

Di Merauke sedang dibangun TPA untuk mencerdaskan anak-anak Islam agar pandai mengaji Alquran. “Dari bayaran tersebut digunakan dakwah, termasuk membangun TPA,” tambah Shomad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement