REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Untuk memudahkan pelayanan untuk jamaah haji, penyajian nasi dalam kemasan (nasi boks) dinilai paling tepat. Hal ini diungkapkan oleh Sartoyo Parmo Wiyono, kepala pengawas katering Misi Haji Indonesia Daerah Kerja Madinah, Kamis (8/11).
Merujuk saat pelaksanaan Armina (Arafah-Muzdalifah-Mina), Sartoyo mengatakan, penyajian makanan dalam boks justru lebih efektif. ‘’Semuanya disajikan tanpa bertele-tele, jamaah juga tidak perlu antre lama untuk mendapatkan makanan,’’ ujarnya.
Berbeda dengan penyajian secara prasmanan yang dianggap kurang pas karena jamaah harus antre panjang untuk memperoleh konsumsi. ‘’Bayangkan kalau yang antre adalah jamaah lanjut usia,’’ kata dia.
Sebelumnya, selama masa Armina dalam penyelenggaraan haji tahun ini, jamaah mendapatkan katering dalam bentuk boks dan prasmanan. Menurut Direktur Layanan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI Sri Ilham Lubis, kemasan makanan dalam bentuk boks diberikan untuk mengantisipasi kedatangan jamaah calon haji yang terlambat.
Selama di Armina, jamaah empat kali mendapatkan makanan dalam bentuk boks. Empat kali waktu darurat itu adalah saat 8 Dzulhijjah malam, 9 Dzulhijjah sore, 10 Dzulhijjah pagi, serta 12 Dzulhijjah siang. Makanan yang dikemas dalam boks dibuat kering atau tanpa sayuran di dalamnya. Di luar waktu darurat itu, para jamaah mendapatkan makanan dengan sistem prasmanan. Untuk menghindari antrean yang panjang, sistem antrean dibuat per rombongan, bukan per kloter.
Meski begitu, dalam pelaksanaannya, Sartoyo menilai, sistem prasmanan tetap kurang efektif. Alhasil, untuk penyelenggaraan haji mendatang, pihaknya akan mengusulkan agar sepanjang masa Armina jamaah terus mendapatkan makanan dalam bentuk kemasan tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Sartoyo juga menyatakan pihaknya siap untuk menyambut kedatangan jamaah haji gelombang dua ke Madinah. ‘’Kami sudah melakukan pertemuan kembali dengan para chef untuk melakukan koordinasi masalah menu,’’ kata pria yang biasa disapa Chef Toyo.
Seperti dalam pelaksanaan penerimaan jamaah gelombang satu, ada sekitar 12 perusahaan katering yang siap menyuplai makanan untuk jamaah gelombang dua di Madinah.
Menurut Sartoyo, ada sejumlah hal yang perlu dievaluasi saat pelayanan jamaah haji gelombang satu. Dia mengungkapkan, masalah pengolahan makanan, soal rasa, dan penyajian perlu diperhatikan lebih detail. Kendati begitu, Sartoyo mengakui pihaknya belum menerima komplain apa pun dari jamaah terkait dengan penyajian makanan selama musim haji ini.