REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lempar jumrah merupakan salah satu ritual dalam melaksanakan ibadah haji. Namun, kali ini, lempar jumrah dilakukan oleh beberapa orang di kantor Kementerian Agama (Kemenag), Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (2/11).
Penyebabnya, perwakilan dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) melihat banyaknya kasus terkait penyelenggaraan ibadah haji. Mereka berasal dari Lingkar Madani Indonesia (Lima), Lingkar Studi Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI), dan Indonesia Corruption Watch (ICW).
Sekitar tujuh orang mengenakan pakaian ihram layaknya tengah melaksanakan haji berorasi di depan kantor Kemenag soal carut-marutnya pengelolaan ibadah haji. Tidak hanya itu, massa aksi juga mengecam tindakan Menag karena mengelola penyelenggaraan haji bukan berprinsip melayani umat tapi melayani keluarga dan kolega.
Salah satu sorotannya adalah rombongan jumbo Menag berangkat ke Tanah Suci. Menurut perwakilan ICW, Firdausi Ilyas, harusnya kasus seperti itu tidak terjadi. Ada dugaan penyalahgunaan wewenang dan anggaran dalam rombongan Menag sebagai Amirul Haj Indonesia.
Massa aksi menuntut penyelenggaraan dan pengelolaan haji dilakukan secara transparan. Menurut Firdaus, masyarakat perlu mengetahui kondisi penyelenggaraan haji Indonesia. Selama ini, masyarakat buta dengan sistem penyelenggaraan haji. "Mereka hanya tahu bahwa keberangkatan mereka ditunda, tanpa tahu sebab," ungkap Firdaus di Jakarta.
Firdaus menambahkan, pemerintah harus mereformasi pengelolaan haji. Salah satu caranya dengan memberikan pengelolaan dan penyelenggaraan haji pada lembaga independen. Kemenag hanya akan menjadi regulator terkait penyelenggaraan haji.
Ketua Lima, Ray Rangkuti, mengatakan, Kemenag menghilangkan prinsip dasar penyelenggaraan haji, yaitu melayani umat. Sebab, Menag menggunakan wewenangnya untuk mengajak rombongan yang tidak seharusnya satu rombongan dengan Menag. Kasus itu, kata Ray, mencederai umat Islam sebagai masyarakat yang harusnya diprioritaskan untuk dilayani.
Usai berorasi di depan kantor Kemenag, massa aksi melempar jumrah ke kantor Kemenag sebagai simbol pengusiran setan. Pasalnya, menurut massa aksi, institusi itu tidak pernah bertaubat dengan kasus-kasus yang pernah menjeratnya. Harusnya, Kemenag berkaca diri dan segera memerbaiki perilaku untuk melayani umat. "Kasus korupsi Alquran harusnya menyadarkan mereka," kata Ray.
Massa aksi kemudian ditemui oleh Kabid Humas Kemenag, Zainudin Daulay. Namun, Zainudin tidak dapat menjawab pertanyaan soal kasus-kasus yang terjadi dalam penyelenggaraan haji. Massa aksi kecewa karena pejabat Kemenag tidak menjawab pertanyaan dan hanya mengatakan tidak tahu.