Kamis 01 Nov 2012 23:59 WIB

Veeramallah Anjaiah, Hikmah Kuliah di Jurusan Sejarah (2)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Veeramallah Anjaiah (tengah).
Foto: rovinginsightclub.org
Veeramallah Anjaiah (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, Pria yang kini bekerja sebagai redaktur senior di sebuah koran berbahasa Inggris ini semakin mengenal Islam setelah pindah ke Indonesia untuk kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

“Di sini saya banyak belajar tentang kehidupan seorang Muslim,” katanya. Keinginan untuk menjadi Muslim semakin kuat ketika Anjai menemukan pujaan hatinya. Seorang perempuan Solo yang bekerja sebagai perawat.

“Kami pertama kali bertemu pada 1995. Ketika itu saya harus mengobati kaki saya yang sakit setelah terjatuh dari Banana Boat saat kantor saya mengadakan liburan bersama di Pulau Aer,” ujarnya.

Mereka bertemu beberapa kali dalam sesi fisioterapi. Kebetulan sang perawat yang asli Solo itu sangat tertarik dengan India. “Kami bertukar pengetahuan.”

Mereka pun saling jatuh cinta. Namun, perbedaan agama mengganjal cinta mereka. Salah satu di antara mereka merasa harus ada yang mengalah. “Istri saya yang masuk Hindu, atau saya yang masuk Islam,” katanya.

 

Suatu ketika, sang istri berusaha untuk mengalah dan memantapkan hati untuk menjadi seorang Hindu. “Namun, saya menghentikannya. Saat itu saya bilang padanya bahwa dia tidak perlu pindah agama. Karena saya yang akan pindah ke Islam. Lagi pula sejak dulu saya sudah mengenal Islam dan saya sebenarnya sudah lama tertarik,” katanya.

Akhirnya beberapa bulan sebelum pernikahan, Anjai memutuskan untuk memeluk Islam pada usianya yang ke-35 tahun. “Istri saya senang sekali dengan kabar tersebut, begitu juga keluarganya.”

Tak ada respons negatif

Tidak seperti kebanyakan mualaf, Anjai tak mendapatkan respons negatif dari keluarganya ketika memutuskan berislam. “Kedua orang tua saya sudah meninggal saat itu,” katanya.

Sementara, adik-adiknya tidak bermasalah dengan keputusan sang kakak. Lagi pula, keluarganya di India sudah lama mengenal Islam. Mereka juga memandang, Islam sebagai agama yang memiliki ajaran positif.

Kini, Anjai merasa bahagia dengan keislamannya. Dia merasa bangga menjadi bagian dari salah satu komunitas agama terbesar di dunia. Di usianya yang semakin tua, dia berusaha meluangkan lebih banyak waktu untuk mempelajari Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement