Kamis 01 Nov 2012 18:38 WIB

Veeramallah Anjaiah, Hikmah Kuliah di Jurusan Sejarah (1)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Veeramallah Anjaiah (tengah).
Foto: rovinginsightclub.org
Veeramallah Anjaiah (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, Islam bukanlah hal yang baru bagi Veeramallah Anjaiah. Hidup di tengah komunitas Muslim di Andrapradesh, India, membuatnya mengenal Islam sejak kecil.

“Teman-teman saya Islam. Sementara saya Hindu. Saya bahkan sering ikut berpuasa bersama teman-teman ketika Ramadhan. Dari mereka saya mengenal Islam dan saya merasa tertarik,” katanya.

Ia semakin mengenal Islam saat duduk di bangku kuliah. Ketika itu, pria yang kini berusia 51 tahun ini kuliah di jurusan sejarah.

Nah, salah satu yang ia pelajari di jurusan ini adalah tentang agama, Islam salah satunya. “Saya tertarik dengan kisah Nabi Muhammad SAW yang berjuang tak kenal lelah untuk mengenalkan Islam,” ujar ayah dari tiga anak ini.

Dari ruang kuliah di jurusan sejarah ini, ia tahu bahwa Islam bisa berkembang pesat hanya dalam waktu beberapa ratus tahun dan kini menjadi salah satu agama terbesar di dunia.

Dari bangku kuliah pula Anjai tahu bahwa Islam sangat menjunjung tinggi prinsip kesetaraan dan persaudaraan. Agama ini mengajarkan berbagi melalui zakat dan perayaan Idul Adha.

“Muslim harus saling membantu. Orang kaya harus mengeluarkan zakat untuk membantu orang miskin. Dan, kurban yang disembelih pada Idul Adha diberikan pula kepada mereka yang membutuhkan,” kata pria yang kini telah menjadi warga negara Indonesia setelah menunggu selama 16 tahun.

Islam, lanjutnya, juga mengajarkan disiplin yang tinggi. Selain itu, Islam memiliki peraturan lengkap untuk menuntun kehidupan seorang Muslim. Islam tidak mengajarkan kekerasan dan perilaku radikal lainnya, namun menjunjung tinggi perdamaian. “Jadi, rasanya aneh saja bila banyak kelompok radikal yang terbentuk dan mengatasnamakan Islam.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement