Sabtu 27 Oct 2012 13:53 WIB

Padat dan Minim Rambu Pemicu Jamaah Tersesat di Jamarat

Rep: Endah Hapsari/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Seorang jamaah haji Indonesia menitikan air mata ketika berdoa usai melontar jumroh Nafar Awal di Jamarat, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (18/11).
Foto: antara
Seorang jamaah haji Indonesia menitikan air mata ketika berdoa usai melontar jumroh Nafar Awal di Jamarat, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MINA---Lantaran situasi yang padat dan rambu yang kurang jelas, jamaah calon haji yang berada di kawasan lempar jumrah di Jamarat, Mina, kerap kebingungan dan tersesat. Menurut petugas yang berjaga, banyak jamaah yang kebingungan untuk kembali ke maktabnya. ‘’Mereka sering kali kembali ke tempat awal saat melempar jumrah,’’ ujar Titik Orbawati, petugas dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang bertugas menjaga di Pos Jamarat 1, Sabtu (27/10).

Titik mengungkapkan, tak jarang ada jamaah lanjut usia yang sudah susah berjalan tersasar pula. ‘’Terkadang mereka sudah mendapatkan penjelasan yang detail dari petugas, tapi tetap saja mereka balik ke tempat awal sehingga sering kali mereka sudah kelelahan untuk berjalan kembali,’’ lanjut Titik yang menjaga di lantai dasar tempat melempar jumrah tersebut.

Senada dengan Titik, Nanny Yunus yang juga berjaga di tempat yang sama mengaku kerap menemukan jamaah yang kebingungan karena rambu-rambu penunjuk jalan tidak jelas. ‘’Saya sudah memberikan petunjuk yang jelas untuk keluar namun mereka sering bingung melihat rambu bertuliskan ‘Mina’ ternyata menuju arah maktab yang berbeda dengan tujuannya,’’ kata dia.

Titik dan Nanny juga menyayangkan sikap askar Arab Saudi yang berjaga di sekitar Jamarat yang kerap mengusir dan tak mengizinkan jamaah untuk beristirahat sejenak setelah melempar jumrah. ‘’Mereka langsung mengusir jamaah yang sedang duduk sebentar untuk sekadar istirahat saja. Ini mengenaskan karena sebagian besar jamaah kita adalah para lanjut usia,’’ ujar Nanny.

Bahkan, kata Titik, tak hanya para jamaah, petugas dari PPIH yang berjaga di sekitar Jamarat pun kerap diusir askar tersebut. ‘’Padahal, kami sudah menjelaskan bahwa kita ini sebenarnya sama-sama bertugas,’’ ujarnya.

Kelelahan juga menjadi faktor pemicu yang membuat jamaah sulit menemukan jalan pulang. ‘’Ada yang sejak pagi hari sudah berputar-putar mencari maktabnya sehingga ketika kami temukan sudah dalam kondisi sangat kelelahan,’’ papar Titik. Situasi Mina yang tak memungkinkan untuk mengangkut jamaah dengan kendaraan pun kian menyulitkan. ‘’Banyak jamaah yang minta dicarikan kendaraan untuk pulang. Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena di sini kami semua juga berjalan kaki sedangkan jarak menuju maktab jamaah cukup jauh,’’ kata Nanny menimpali.

Jarak maktab jamaah Indonesia terbilang cukup jauh dari lokasi melempar jumrah. Jarak terdekat untuk jamaah reguler Indonesia sekitar tiga kilometer dari Jamarat. Sedangkan untuk jarak terjauh yang mendekati atau berada di sekitar Muzdalifah bisa mencapai lima kilometer.

Keduanya sendiri berharap untuk penyelenggaraan haji mendatang, ada kerja sama yang lebih solid antara petugas Arab Saudi dan Indonesia. ‘’Dengan begitu, kami tidak akan diusir-usir lagi,’’ kata Nanny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement