REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Direktur Layanan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Sri Ilham Lubis, menjelaskan selama masa Armina, jamaah akan mendapatkan katering dalam bentuk boks dan prasmanan.
‘’Kemasan makanan dalam bentuk boks diberikan untuk mengantisipasi kedatangan jamaah calon haji yang terlambat,’’ ujar Sri, kemarin. Menurut dia, selama di Armina, jamaah empat kali mendapatkan makanan dalam bentuk boks.
‘’Empat kali waktu darurat itu adalah saat 8 Dzulhijah malam, 9 Dzulhijah sore, 10 Dzulhijah pagi, serta 12 Dzulhijah siang,’’ ujarnya.
Pada masa wukuf, jadwal makan siang biasanya dimajukan karena ada jamaah yang tidak mau ibadahnya terganggu. Namun, tegas Sri, penyajian makanan tidak dilakukan 24 jam, melainkan hanya dari pukul 11.00 hingga pukul 14.00.
Makanan yang dikemas dalam boks dibuat kering atau tanpa sayuran di dalamnya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan makanan basi bila jamaah terlambat tiba. Di luar waktu darurat itu, para jamaah mendapatkan makanan dengan sistem prasmanan. Untuk menghindari antrean yang panjang, sistem antrean dibuat per rombongan, bukan per kloter.
Jamaah calon haji Indonesia sendiri mencapai 211 ribu, sementara total jamaah dari seluruh dunia diperkirakan mencapai tiga juta orang. Mereka akan melaksanakan wukuf di Arafah, mabit di Mina dan Muzdalifah pada waktu bersamaan. Wukuf sendiri sudah dipastikan akan berlangsung pada Kamis (25/10) atau bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijah.