Rabu 17 Oct 2012 16:11 WIB

Menyemai Semangat Dakwah di Papua (3-habis)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Ustadz Fadzlan Garamatan.
Foto: Republika/Agung Supri
Ustadz Fadzlan Garamatan.

REPUBLIKA.CO.ID, Muhammadiyah, misalnya, mereka percaya Islam perlu dikembangkan melalui pendidikan.

Untuk itu, mereka membangun sejumlah lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar, hingga sekolah tinggi.

Di Papua, juga sudah terdapat tanah wakaf Muhammadiyah yang sangat luas. Di atas tanah wakaf itu ada yang sudah dibangun masjid dan rumah sakit.

Bagi Muhammadiyah, tantangan paling berat yang dirasakan umat Islam Papua adalah masalah penerimaan pegawai karena orang Islam masih mengalami diskriminasi.

“Orang Islam tidak dapat mencapai jenjang kepegawaian yang tinggi di sana,” ujar salah satu dai Muhammadyah di Papua, Niko Ismail.

Majelis Pimpinan Rakyat Papua memutuskan, semua jabatan tinggi, seperti gubernur, bupati, wali kota harus dipegang non-Muslim. Isu akan adanya Perda larangan azan (menggunakan pengeras suara) dan jilbab juga sempat membuat umat Islam was-was.

Namun, seberat apa pun tantangannya, Ustaz Niko beserta umat Islam di sana tetap tegar dan istiqamah. Hal ini juga diamini Ustaz Fadzlan.

Menurut dia, semangat dakwah harus terus dijaga demi mencapai satu tujuan mulia, yakni agar napas Islam ditiupkan dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia. “Agar Papua bisa melengkapi Serambi Makkah yang ada di Aceh dengan menjadi Serambi Madinah,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement