Senin 08 Oct 2012 20:35 WIB

Bus Calhaj di Mojokerto Mogok

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Salah satu bus yang mengangkut calon haji Kelompok Terbang (Keloter) 44 dari Kabupaten Mojokerto, Sumenep, dan Surabaya, Senin (8/10), mogok saat perjalanan dari asrama haji ke Bandara Juanda.

"Sejak awal, ada beberapa calon haji yang kurang tertib menjelang berangkat, sebab ada sebagian yang ke kamar kecil, meski bus sudah siap," kata Sekretaris I Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya, Sutarno.

Didampingi petugas pemberangkatan calon haji di asrama haji, Miftahul Arifin SAg, dia menjelaskan, calon haji Keloter 44 juga diuji kesabarannya saat satu dari 10 bus yang mengangkut calon haji mogok di sekitar jembatan layang Waru Sidoarjo.

"Ya, memang ada satu bus yang mengangkut calon haji Keloter 44 mogok, tapi ada bus cadangan, sehingga calon haji langsung pindah dan meneruskan perjalanan ke Bandara Juanda. Jadi, jadwal penerbangan tidak sampai terganggu," katanya.

Ia menjelaskan, setiap pemberangkatan calon haji, pihak maskapai penerbangan dari Saudia Arabian Airlines menyediakan 11 bus, yakni 10 bus untuk calon haji dan satu bus sebagai cadangan.

"Bus cadangan selalu menguntit di urutan paling belakang, gunanya adalah bila terjadi sesuatu seperti saat mengangkut Kloter 44 (8/10) yang salah satu busnya mogok bisa segera digantikan oleh bus cadangan sehingga tidak memerlukan waktu lama," katanya.

Berpakaian Ihram

Lain halnya dengan calon haji dari Keloter 43 asal Kabupaten Mojokerto yang berangkat sehari sebelumnya (7/10), karena seluruh calon haji sudah berpakaian ihram sejak saat proses pemberangkatan di Asrama Haji Embarkasi Surabaya.

"Tanpa kecuali, termasuk petugas keloter, Keloter 43 yang masuk gelombang kedua atau berangkat langsung ke Jeddah dan menggunakan bus ke Mekah, berpakaian ihram seluruhnya untuk mengambil miqot di atas pesawat sebelum mendarat di Bandara King Abdul Azis Jeddah untuk umroh," kata Sutarno.

Biasanya untuk gelombang kedua yang mendarat di Jeddah ada yang mengambil miqot di Bandara Jeddah setelah proses Imigrasi selesai dan berganti pakaian ihram serta mandi di toilet yang ada di sekitar bandara, lalu Shalat Sunnah Ihram, lalu ke Mekah.

Namun, Keloter 43 melakukan cara berbeda dengan mengambil miqot di atas pesawat, sehingga sebelum berangkat sudah harus melaksanakan prosesi ihram sejak dari asrama haji.

"Itu semua adalah kesepakatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Kalau keloter sebelumnya yang sama-sama juga dari Kabupaten Mojokerto yaitu Keloter 41 dan 42 tidak semuanya melaksanakan ihram di asrama haji, jadi sebagian saja, berarti ada yang mengambil miqot di pesawat, ada juga yang miqot di bandara, tergantung pemahaman masing-masing orang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement