Kamis 20 Sep 2012 21:53 WIB

KH Ali Ma'shum, Perintis Pesantren Alquran di Indonesia (4)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
KH Ali Ma'shum.
Foto: blogspot.com
KH Ali Ma'shum.

REPUBLIKA.CO.ID, Langkah awal yang dilakukan Kiai Ali untuk membenahi pesantren adalah mendidik kader-kader yang akan ikut mengelola pesantren.

Madrasah yang ada, karena hidupnya saat itu tengah kembang kempis, terpaksa ia bubarkan. Selama dua tahun (1943-1944) dia secara khusus mengajar 10 orang keluarga dan tetangga dekat secara intensif.

Sesuai dengan keyakinan dan pengalaman yang dimilikinya dalam mendidik, KH Ali menerapkan metode belajar-mengajar yang logis untuk memahami ilmu keagamaan.

Selain berhasil mendidik dan mengajar mereka, ternyata langkah itu sangat strategis dan berhasil menyiapkan tenaga untuk mengembangkan Pesantren Krapyak di masa berikutnya.

Pesantren Krapyak yang didirikan KH Munawir pada 1910 ini terletak di wilayah Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pesantren tersebut dikenal sebagai Pesantren Alquran karena mengkhususkan pengajaran hafalan Alquran dan qiraat tujuh (qiraat sab’ah).

KH Munawir yang pernah menimba ilmu di Makkah selama 21 tahun memang dikenal sebagai seorang ulama yang hafal dan ahli Alquran.

Kedatangan Kiai Ali Ma’shum di Pesantren Krapyak ini tidak menghilangkan ciri khusus pesantren itu, Alquran. Alquran tetap dipertahankan dan ditambah dengan pengajian kitab. Mula-mula Kiai Ali didampingi dua putra KH Munawir, yaitu Kiai Abdullah Affandi dan Kiai Abdul Qadir, untuk memegang pengajaran tahfiz Alquran.

Setelah Kiai Abdul Qadir wafat pada 1961 dan disusul Kiai Abdullah Affandi pada 1968, dia didampingi putra-putra KH Munawir yang lain yang telah berhasil dikader, yaitu KH Zaini, KH Zainal Abidin, KH Warson, KH Dalhar, dan KH Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement