REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Perkembangan sistem perekonomian Indonesia yang cenderung kapitalis liberal telah membawa dampak perekonomian Indonesia cukup maju.
Demikian dikatakan, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sugiharsono, dalam Stadium General FE UNY, Kamis, (20/9).
Dampak yang lain, lanjut Sugiharsono, adalah terciptanya jurang pemisah semakin lebar antara golongan kaya dan golongan miskin.
"Masih ada sekitar 40 juta jiwa penduduk Indonesia yang miskin, dan kesulitan memenuhi kebutuhan primer mereka. Apabila hal ini dibiarkan, tentu akan mengakibatkan timbulnya kecemburuan sosial-ekonomi di kalangan masyarakat," paparnya.
Kecemburuan sosial-ekonomi ini apabila tidak terkendali tentu akan menimbulkan gangguan stabilitas nasional.
Oleh karena itulah, bangsa Indonesia perlu berupaya mencari jalan keluar untuk mengatasi dan menghentikan perkembangan sistem perekonomian yang cenderung kapitalis-liberal.
Menurut Sugiharsono, salah satu jalan keluar yang bisa ditempuh oleh bangsa Indonesia saat ini adalah berupaya mengembangkan sistem ekonomi yang religius. “Mengingat penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam, maka selayaknya bangsa Indonesia mengembangkan sistem ekonomi Islam,” ujarnya.
Sistem ekonomi Islam, kata dia, pada dasarnya sangat memerhatikan keterlibatan rakyat banyak untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Secara mikro, sistem ekonomi Islam terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat kalangan atas maupun bawah, baik kesejahteraan lahir maupun batin.
Apabila peran ekonomi Islam secara mikro ini terus berkembang, tidak menutup kemungkinan bahwa secara makro pun ekonomi Islam mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Oleh karena itulah, kata dia, perlu pemahaman lebih jauh tentang apa itu ekonomi Islam.