Rabu 05 Sep 2012 08:30 WIB

Muslim AS Lebih Nyaman Kuliah di Universitas Katolik

Rep: Agung Sasongko/ Red: Hafidz Muftisany
mahasiswa muslim AS
Foto: central florida future
mahasiswa muslim AS

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Mahasiswa Muslim AS lebih memilih kuliah di universitas katolik ketimbang universitas umum. Faktor suasana keagamaan yang kental jadi pertimbangan utama.

Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Dayton, Mai Alhamad mengaku memilih kuliah di universitas katolik karena suasana kampus begitu religius. Ia merasa nyaman dengan situasi itu meski berbeda keyakinan. "Saya lebih nyaman berbicara dengan penganut Kristen ketimbang atheis," papar dia seperti dikutip nytimes.com, Rabu (5/9).

Maha Haroon, mahasiswa Universitas Creigton, mengaku lebih merasa dihormati ketika berada di lingkungan religius meski tidak satu iman. "Sebagai individu beragama, saya merasa dihormati. Saya tidak perlu menutupi identitas saya ketika kuliah," kata dia.

Menanggapi fenomena itu, Wakil Presiden urusan akademik, Universitas Villanova, Pastor Kail Ellis mengatakan kondisi itu tidak terlepas dari reputasi kampus dalam menjaga harmonisasi antar umat beragama. "Tidak ada rayuan atau iming-iming apapun untuk menarik mereka," ungkap dia.

Shameela Idres, Mahasiswa Bisnis, memuji universitas katolik yang memberikan ruang kepada mahasiswa Muslim untuk melaksanakan shalat lima waktu dan shalat Jumat. "Itu kenapa saya merasa cocok untuk kuliah di sana, lebih tradisional dan konservatif," katanya.

Namun, harus diakui bahwa ketika memutuskan untuk kuliah di universitas katolik, mahasiswa Muslim sempat khawatir tidak diterima secara sosial. "Saya sempat takut hal itu. Jangan-jangan, saya dirayu untuk pergi ke gereja," komentar Nasser Garoot Falah, mahasiswa pascasarjana Universitas Xavier, Cincinnati.

Sebaliknya, dari pandangan mahasiswa katolik sendiri keputusan rekan mereka dinilai aneh dan memicu rasa penasaran. "Teman-teman saya pernah bertanya kepada saya, mengapa anda memilih kuliah disini, lalu mereka bertanya bagaimana rasanya mengenakan jilbab," kata Hadil Issa, mahasiswa asal Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement