Di sisi lain, nilai tauhid yang ada dalam kisah kurban Nabi Ibrahim adalah pengorbanan dilakukan demi pengabdian kepada Allah semata.
Ibadah kurban juga menegaskan larangan melaksanakan ibadah untuk selain Allah. Seperti, melakukan kurban yang diperuntukkan bagi penjaga Pantai Selatan agar tidak menimpakan bencana atau melakukan kurban yang diperuntukkan bagi sesuatu yang akan mendatangkan manfaat.
Dimensi spiritual
Ibadah kurban merupakan sarana pembuktian keimanan seorang hamba kepada Allah. Keimanan meliputi keikhlasan, yang berarti ibadah kurban yang dilakukan harus murni dilakukan semata-mata karena Allah dan dalam rangka menjalankan perintah-Nya.
Dengan berkurban, diharapkan dapat menumbuhkan dan mengasah keikhlasan seorang hamba. Karena keikhlasan, sebagaimana halnya keimanan, akan selalu naik dan turun dan akan selalu menguat dan melemah.
Kurban yang dilaksanakan bukan karena Allah, seperti malu bila tidak berkurban atau ingin pamer sebagai orang yang rajin ibadah, ibadah kurban yang dilakukannya itu tak akan pernah diterima.
Keimanan juga meliputi ketaatan, yang berarti ibadah kurban yang dilaksanakan harus didasari atas ketaatan seorang hamba kepada perintah Allah dan bukan didasari atas ketaatan kepada selain-Nya.
Diharapkan dengan adanya ritual ibadah kurban dapat meningkatkan ketaatan kepada Allah dalam segala bentuk ketaatan, baik ketaatan dalam menjalankan perintah Allah maupun ketaatan dalam menjauhi segala larangan-Nya.
Keimanan juga meliputi pengorbanan. Pengorbanan ini direfleksikan dalam bentuk materi yang dipersembahkan, yaitu hewan sembelihan. Ritual ibadah kurban juga melatih seorang hamba untuk selalu siap berkorban, sebagaimana halnya Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anak yang dicintainya demi menjalankan perintah Allah.