REPUBLIKA.CO.ID, Kubah muqarnas pada ruang hall utama ini memiliki ukuran yang besar.
Kubah muqarnas semacam ini sudah sering dibuat pada bangunan-bangunan ibadah Muslim sebelumnya, namun ukurannya yang besar menurut Blair merupakan salah satu yang pertama yang pernah dibuat.
Tumpuan kubah utama seperti kebanyakan kubah pada masa itu, berdenah segi delapan dengan sisi-sisinya berhiaskan kaligrafi. Tumpuan segi delapan tersebut duduk di atas tumpuan di bawahnya yang berpenampang bujur sangkar sama dengan denah ruang.
Kubah semangka
Hall utama dan iwan gerbang berada dalam satu garis lurus dengan bangunan makam. Seperti halnya ruang hall utama, denah makam juga berbentuk bujur sangkar dan beratap kubah meski dalam ukuran yang lebih kecil dibandingkan kubah hall. Namun, hiasan yang terdapat pada kubah makam lebih rumit dan lebih indah.
Kubah di atas makam dihias dengan keramik biru tua, biru muda, sedikit kuning dan putih. Profilnya tidak rata seperti kubah di atas hall utama, terdiri atas lengkung-lengkung kecil disebut kubah iga (ribbed dome).
Bagian tengah kubah menggelembung lebih besar daripada bagian bawahnya. Kubah semacam ini sering disebut kubah semangka atau melon-shape dome. Karenanya, kubah makam Ahmad Yasawi ini sering disebut melon-ribbed dome.
Yulianto Sumalyo dalam bukunya yang bertajuk “Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim” memaparkan, makam Ahmad Yasawi di Turkestan ini dilengkapi dengan masjid, perpustakaan, kamar-kamar, ruang-ruang meditasi, tempat mandi, dan dapur.
Semua bangunan tambahan ini terdapat pada bagian lateral di kiri-kanan hall, makam dan pishtaq. Bangunan masjid di kompleks mausoleum Ahmad Yasavi ini juga memiliki kubah, namun dengan ukuran lebih kecil dari kubah hall utama dan makam.