Kamis 30 Aug 2012 13:59 WIB

Gagal Jadi Pegulat Profesional, Ismail Chartier Peluk Islam (2-habis)

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Ismail Chartier.
Foto: youtube.com
Ismail Chartier.

REPUBLIKA.CO.ID, Selanjutnya, Ismail Chartier mengunjungi Nepal. Di sana ia punya harapan besar untuk mempelajari agama Buddha dan Hindu.

Satu kesempatan, ia mengunjungi sebuah perpustakaan dengan rak bertuliskan Islam. Dalam rak itu terdapat buku Elijah Wood, Rumi dan Ghazali. Lalu ada Alquran terjemahan bahasa Inggris.

"Pertama kali melihat, saya begitu antusias. Sepengetahuan saya, buku ini menjadi pedoman Muslim. Saya harus baca kitab ini," ujarnya.

Tidak mudah baginya untuk mempelajari Alquran. Ia terlebih dahulu mempelajari bahasa Arab.  Ia katakan niatannya itu kepada istrinya yang selalu mendukungnya mencari kebenaran. "Saya tidak mau menjadi Kristen, saya ingin dan akan menjadi Muslim," kata Chartier.

Semenjak ia mempelajari Islam, ia begitu merasakan kedamaian dan ketenangan. Pertama kali dalam hidupnya, ia merasa memiliki hati nurani. "Amarah yang selalu membebaniku hilang seketika," ungkapnya.

Keputusannya memeluk Islam membuat keluarga besarnya marah besar. Chartier diasingkan oleh keluarganya. Walau begitu, ia tetap tenang menghadapi penolakan keluarganya. Prinsipnya, ia harus menjadi hamba yang baik dan tetap menghormati sikap keluarganya.

Tak butuh waktu lama, keluarga Chartier akhirnya menerima keputusannya itu. Hubungan mereka bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Orang tuanya bahkan begitu sayang dengan anak-anaknya. "Saya percaya, rasa hormat itu menyembuhkan penyakit hati. Hormati orang lain, ketika anda menginginkan dihormati," kata Chartier.

Selanjutnya, Chartier mulai melangkah untuk berdakwah. Ia mendirikan organisasi yang bertujuan untuk menghindari anak-anak terjebak dalam kejahatan, seperti narkoba. "Islam menjadi rujukan organisasi ini," pungkas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement