REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO -- Komunitas Muslim Bosnia memrotes maraknya produk makanan yang mengandung babi. Terlebih kandungan babi itu tak dijelaskan dalam kemasan. Protes itu dilatarbelakangi temuan Badan Sertifikasi Mutu Halal Bosnia.
Petugas Badan Sertifikasi Halal Damir Alihodzic, mengaku telah menemukan 10 persen dari produk makanan mengandung babi meski tidak dinyatakan dalam kemasan produk.
"Kebanyakan produk ini berasal dari Serbia. Kami juga menemukan kandungan yang sama dalam produk asal Bosnia sekalipun dalam kemasan mengatakan jaminan 100 persen halal," papar dia seperti dikutip balkaninsight.com, Rabu (15/8).
Merespon laporan itu, komunitas Muslim menuduh otoritas telah melecehkan umat Islam dengan tidak membuat prosedur ketat dari produk yang diimpor. "Umat Islam memiliki hak untuk mengetahui apakah produk itu telah diperiksa sebelumnya atau belum," papar Juru bicara Komunitas Muslim, Ekrem Tucakovic.
Menurutnya, harus ada pihak yang bertanggung jawab soal masalah ini. Karena keteledorannya telah menyebabkan kerugian bagi umat Islam. "Ini penipuan," tegas dia.
Asisten toko di Sarajevo, mengatakan kebanyakan pelanggannya jarang memeriksa kandungan bahan dalam kemasan. "Sebagian besar konsumen percaya dengan apa yang tampilkan pada label," kata dia.
Presiden Asosiasi Konsumen Sarjevo mengatakan banyak produk yang tidak diperiksa di Bosnia. Tidak hanya daging babi, tapi bahan lain yang mungkin berbahaya. "Jika produsen memiliki sertifikat, maka kita harus mempercayai produk itu berkualitas. Harus diakui, setiap pemeriksaan detail membutuhkan waktu dan biaya lebih," katanya.
Ia juga mengakui bahwa prosedur impor Bosnia terlalu longgar sehingga banyak produk yang lolos dengan mudah meski sebenarnya tidak memenuhi syarat.
Alihodzic percaya alasan utama masuknya produk mengandung daging babi dijual dalam kemasan tanpa mengandung daging babi adalah harga. "Daging babi lebih murah ketimbang daging sapi. Tujuan utama dari produsen adalah mencari keuntungan yang besar," kata dia.
Di Sarajevo, masyarakat terpecah soal masalah ini. Beberapa mengatakan ada masalah dengan sistem pengawasan mutu barang. sisanya, tidak masalah dengan peredaran produk itu.
Benjamin, 47 tahun, mengatakan jika analisis badan itu benar maka produsen telah menipu konsumennya. "Sudah jelas itu penipuan terhadap mereka yang tidak mengkonsumsi babi," ungkapnya.
Sandra, 39 tahun, mengaku tidak peduli apakah produk yang dikonsumsi mengandung daging babi. Namun, di Bosnia masalah daging babi begitu sensitif lantaran tidak semua masyarakat disini mengkonsumsi daging babi.
"Jika ada produk menjamin 100 persen tidak mengandung daging babi, dan nyatanya masih memiliki kandungan daging babi maka itu adalah bentuk kecurangan," ucapnya.