Rabu 15 Aug 2012 16:02 WIB

KH Mas Abdurrahman, Ulama Kharismatik dari Pandeglang (3)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terkadang ia pergi ke luar kota mencari kayu bakar untuk dijual dan hasilnya ditukar dengan beras.

Karena sulitnya mendapatkan bahan makanan, saat menanak nasi ia mencampurkan satu sendok beras berbanding satu liter air.

Hal ini dilakukan hampir setiap hari selama 10 tahun iabermukim di Makkah. Kecuali jika musim haji tiba, dia banyak mendapat penghasilan lebih dari hasil mengantar jamaah haji yang berziarah.

Kendati hidup pas-pasan, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat Abdurrahman untuk menimba ilmu. Seluruh pelajaran diikutinya dengan penuh perhatian dan ketekunan walau sarana serta peralatan menulis tidak lengkap.

Karenanya, ia lebih banyak mengandalkan pendengarannya. Dengan sistem hafalan, ia berhasil menyerap ilmu-ilmu yang diajarkan para gurunya, khususnya dalam bidang agama seperti ilmu bahasa Arab, fikih, ushul fikih, nahwu, sharaf, balaghah, tafsir, dan tasawuf.

Di antara guru-gurunya banyak yang berasal dari Indonesia. Mereka adalah Syekh Nawawi Al-Bantani yang terkenal dengan kitab tafsirnya, Syekh Achmad Khatib yang berasal dari Minangkabau dan terkenal dengan ilmu tasawufnya. KH Mas Abdurrahman juga semasa dengan KH Hasyim Asy'ari (pendiri Nahdlatul Ulama) dan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).

Berdakwah di Jalur Pendidikan

Keberhasilan KH Mas Abdurrahman dalam menguasai ilmu agama selama bermukim di Makkah, membuatnya direncanakan diangkat sebagai asisten pengajar di tempat ia menuntut ilmu.

Namun, karena adanya permohonan dari para ulama Banten agar ia segera kembali ke Tanah Air, maka rencana tersebut urung terlaksana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement