Senin 13 Aug 2012 21:30 WIB

Konsep Pembaruan Muhammadiyah (2)

Rep: Nidia Zuraya/Yulianingsih/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ilustrasi

Tiga hal pokok

Dalam pengantar buku “Islam Murni dalam Masyarakat Petani (2000)”, Kuntowijoyo mengungkapkan bahwa pada waktu itu Ahmad Dahlan dihadapkan pada tiga persoalan pokok masyarakat, yaitu modernisme, tradisionalisme, dan Jawaisme.

Persoalan modernisme telah dijawab oleh Kiai Dahlan dengan mendirikan lembaga pendidikan Islam yang mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dan ilmu agama.

Sektor pendidikan memang sejak awal berdiri dijadikan sasaran prioritas Muhammadiyah. Karena Kiai Dahlan beranggapan, melalui lembaga pendidikan sangat dimungkinkan terjadinya proses transformasi kebudayaan kepada anak didik.

Strategi yang dipilihnya adalah dengan mendidik para calon guru yang belajar di Kweekschool Jetis Yogyakarta dan para calon pamongpraja (pejabat) yang belajar di OSVIA Magelang.

Melalui kedua cara ini diharapkan akan segera mempercepat proses transformasi, karena para calon guru ini nantinya akan mempunyai murid yang banyak.

Selain itu, Kiai Dahlan juga mendirikan sekolah guru yang kemudian dikenal dengan Madrasah Mu'allimin (Kweekschool Muhammadiyah) dan Madrasah Mu'allimat (Kweekschool Istri Muhammadiyah). Ia mengajarkan agama Islam dan tidak lupa menyebarkan cita-cita pembaharuannya.

Sebagai jawaban atas persoalan tradisionalisme masyarakat, Kiai Dahlan melakukan tabligh. Jika di masa sekarang, kegiatan tabligh merupakan suatu hal yang biasa, namun pada zaman dahulu kegiatan itu sangat luar biasa. Mengingat kegiatan tabligh yang dilakukan Kiai Dahlan waktu itu telah melawan arus besar mainstream budaya tabligh pada umumnya.

Dengan mengedepankan motif pembaruan dan semangat berkemajuan, tabligh Kiai Dahlan justru dilakukan dengan mendatangi murid-muridnya. Padahal, tindakan demikian (guru mendatangi murid) merupakan suatu aib sosial dalam pandangan yang berkembang di masyarakat.

Menurut Kuntowijoyo, strategi tabligh semacam itu merupakan langkah cerdas yang dilakukan Kiai Dahlan dalam membangun budaya baru di tengah paradigma tradisionalisme masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement