REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Tak seperti saudara mereka yang berada negara berpenduduk mayoritas Islam, komunitas Muslim Kanada tidak menggunakan pengeras suara eksternal saat mengumandangkan azan. Mereka sangat tergantung aplikasi ponsel untuk mengetahui waktu shalat.
Affaf Ahtisham, misalnya, sangat tergantung ponselnya guna mengetahui kapan waktu shalat.
"Ponsel ini memudahkan kami untuk beribadah. Semisal saja, waktu shalat, membaca Alquran dan lainnya," papar dia yang merupakan Wakil ketua Asosiasi Muslim Hamilton seperti dikutip cbc.ca, Rabu (1/8).
Aplikasi Islami bukanlah hal yang baru. Aplikasi ini sudah berkembang, dan digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Pada bulan Ramadhan, permintaan akan aplikasi ini meningkat.
"Selama pekan pertama Ramadhan, permintaan akan aplikasi sangat tinggi sekitar 10 kali lipat dair hari biasa," papar Fahad Gilani, Manager Operasional dan Pengembangan, Guded Ways Tech.
Menurut Fahad, selama Ramadhan kebanyakan muslim cenderung menghabiskan waktu di masjid. Sebabnya, mereka membutuhkan aplikasi untuk membaca doa harian atau Alquran. Aplikasi ini sebenarnya tidak hanya terkait ibadah saja, ada pula fitur lain seperti belajar bahasa Arab, mencari restoran halal dan arah kiblat.
"Sebelum saya mulai menggunakan aplikasi ini, saya tidak pernah shalat tepat waktu," kata Ahmad Iqtidar Manzoor, 17 tahun. Kebiasaan itu mulai diubahnya, ketika mengetahui bahwa Islam sangat menghargai ketepatan waktu. Ia sangat terbantu dengan keberadaan aplikasi Islami.
Praktis
Saat ini, Muslim Kanada tidak lagi membawa Alquran dalam bentuk konvensional. Mereka cenderung memilih menggunakan aplikasi ponsel. "Ketika mereka berada di bus atau mereka tengah mengantri, mereka cukup keluarkan ponsel lalu memilih aplikasi yang diinginkan. "Efisiensi kini jadi pertimbangan," kata Gilani.
Hal senada diungkap Ahtisham. Menurutnya, aplikasi Alquran dalam ponsel sangat praktis. Ia dapat membaca Alquran dan lliteratur Islam lainnya dimana dan kapan pun. "Saya cukup bawa ponsel, nyalakan dan baca," ucapnya.
Gilani menuturkan saat ini aplikasi Islam telah tersedia dalam 14 bahasa termasuk Inggris, Urdu atau Persia. Sebabnya, pengguna ponsel tidak lagi khawatir dengan persoalan bahasa.
Manzoor mengatakan terjemahaan sangat penting lantaran ia tidak fasih berbahasa Arab. Karena itu, adanya terjemahan Inggris sangat membantunya. "Saya harus memahami apa yang saya baca," kata dia.
Konfirmasi
Meski tampak memudahkan namun ada masalah yang perlu mendapatkan perhatian. Masalah itu terkait soal akurasi dan konfirmasi.
Athistham menilai setiap kali ia membaca konten aplikasi Islami ia selalu mengkonfirmasi kebenaran itu kepada gurunya. Ia tak mau ada kesalahan ketika menjalani kewajibannya. "Aplikasi boleh berkembang tapi tidak bisa meniadakan peran ulama," kata dia.
Manzoor mengaku lantaran tergantung pada aplikasi ini membuatnya lupa untuk mengkonfirmasi apa yang ia baca kepada ulama. "Kami terlalu tergantung pada aplikasi ini seakan kita lupa keberadaan para ulama. Saya tidak memikirkan ini sebelumnya," tuturnya.
Gilani mengakui tantangan terbesar dari aplikasi Islami adalah menjaga keutuhan ajaran Islam. Keutuhan yang dimaksud adalah keakuratan dari aplikasi. "Kami harus memastikan apa pun yang kita berikan adalah 100 persen akurat. Ini bagian dari pelestarian ajaran Islam dalam bentuk digital," pungkasnya.