Sabtu 28 Jul 2012 21:31 WIB

Zaid bin Tsabit, Penulis Wahyu dan Pencinta Ilmu (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: allposter.co.uk
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Anak itu menyampaikan buah pikirannya kepada ibunya. Sang ibu menyambut gembira buah pikiran anaknya, dan segera merintis jalan untuk mewujudkannya.

Nuwar memberi tahu beberapa orang famili tentang keinginan yang akan ditempuh anaknya. Mereka setuju, lalu pergi menemui Rasulullah.

Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, ini anak kami. Dia hafal tujuh belas surah dari kitab Alquran. Bacaannya betul, sesuai dengan yang diturunkan Allah kepada Engkau. Di samping itu dia pandai pula membaca dan menulis Arab.”

“Tulisannya indah dan bacaannya lancar. Dia ingin berbakti kepada Engkau dengan keterampilan yang ada padanya, dan ingin pula mendampingi Engkau selalu. Jika Engkau menghendaki silakan mendengarkan bacaannya.”

Rasulullah mendengarkan bacaan anak itu. Bacaannya ternyata memang bagus, betul dan fasih. Kalimat-kalimat Alquran bagaikan berkerlap-kerlip di bibirnya seperti bintang-gemintang di permukaan langit.

Bacaannya menimbulkan pengaruh dan berkesan. Waqaf-waqaf (tanda-tanda baca seperti titik koma dan lain-lain) dilaluinya dengan tepat, menunjukakan dia paham dan mengerti dengan baik apa yang dibacanya.

Rasulullah gembira karena apa yang dilihat dan didengarnya mengenai diri anak itu, ternyata melebihi apa yang dikatakan orang yang mengantarnya. Terlebih lagi, anak itu pandai pula membaca dan menulis.

Rasulullah menoleh kepadanya seraya berkata, “Jika engkau mau selalu dekat denganku, pelajarilah baca tulis bahasa Ibrani. Aku tidak percaya kepada orang Yahudi yang menguasai bahasa tersebut.”

Anak kecil itu menyanggupi. Dengan tekun ia mempelajari bahasa Ibrani. Karena kecemerlangan otaknya, dalam waktu singkat dia dapat menguasai bahasa tersebut dengan baik, berbicara, membaca dan menulis.

Apabila Rasulullah hendak menulis surat kepada orang-orang Yahudi, dialah yang dipanggil beliau menjadi sekretaris. Bila beliau menerima surat dari mereka, dia pula yang disuruh membacanya.

Kemudian, anak itu juga belajar tulis baca bahasa Suryani. Ia pun berhasil menguasai bahasa itu dalam tempo singkat, berbicara, membaca dan menulis, seperti penguasaannya terhadap bahasa Yahudi. Dan sejak usianya yang belia itu, ia dijadikan Rasulullah sebagai penerjemah kedua bahasa tersebut.

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement