Jumat 27 Jul 2012 22:55 WIB

Syekh Ahmad Yassin, Ulama Mujahid dan Pemimpin Palestina (4-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Syekh Ahmad Yassin.
Foto: AP
Syekh Ahmad Yassin.

Kesederhanaan Sang Mujahid

Di kalangan orang-orang terdekatnya, Syekh Ahmad Yassin dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan bersahaja. Kedua sifatnya ini tak hanya ditujukan kepada orang Muslim saja, tetapi juga orang-orang non-Muslim.

Mengenai ini, suatu ketika ada seorang penganut Kristen di Kota Ramallah, Tepi Barat, datang menemuinya. Orang yang kemudian diketahui bernama Bassam Hana Rabbah ini mengadukan permasalahannya kepada Syekh Yassin karena ada seseorang di Gaza melakukan penipuan terhadap dirinya.

Syekh Yassin yang juga merupakan pimpinan Dewan Islah dengan bijaksana mampu mendamaikan antara orang Kristen tersebut dengan seseorang yang telah melakukan penipuan.

''Syekh meresponsnya dengan serius, bahkan mampu bersikap adil terhadapku. Hak-hak saya pun bisa kembali saya nikmati. Sebagai tanda terima kasih, sebagian hartaku diberikan kepada Dewan Islah,'' tutur Hana Rabbah.

Sebagai seorang pemimpin sebuah gerakan Islam terbesar, Syekh Yassin tidak cinta dunia, tidak gila harta, bahkan kehidupannya sangat sederhana. Salah seorang anaknya, Mariyam Ahmad Yassin, menceritakan tentang sikap hidup sang tokoh karismatik ini.

''Rumah ayah terdiri dari tiga kamar dengan jendela yang sudah rapuh. Rumah ini sangat sederhana sekali. Tidak ada lantai, dapur pun ala kadarnya. Jika musim dingin, kami kedinginan. Begitu pun jika musim panas, kami kepanasan.''

Menurut Mariyam, ayahnya adalah sosok yang tidak cinta dunia, namun cinta akhirat. Syekh Yassin tidak peduli dengan berbagai ragam bentuk kesenangan duniawi. Banyak yang menawarinya rumah mewah seperti pejabat tinggi negara, namun ditolaknya.

Bahkan, pernah suatu ketika, Pemerintah Otoritas Palestina memberi sebuah rumah besar di suatu kampung mewah di Gaza, namun tawaran itu pun ditolak. Kendati demikian, lanjut Mariyam, ayahnya sama sekali tidak memikirkan untuk merenovasi rumahnya. Ia justru sibuk mempersiapkan rumahnya di akhirat.

''Alhamdulillah, kami cukup sabar, karena kami percaya. Insya Allah, kami akan melihatnya lagi di surga-Nya nanti. Untuk itulah, kami juga sangat berharap bisa mati syahid seperti beliau,'' ujar Mariyam.

Bahkan, ketika akan menikah pun, Syekh Yassin tak mau buru-buru. Ia harus mempersiapkan segala sesuatunya secara matang. Dan setelah mendapatkan pekerjaan tetap sebagai seorang guru dan mapan secara finansial, Syekh Yassin memutuskan untuk menikah dengan salah seorang kerabat dekatnya, Halima Yassin.

Pasangan ini menikah pada tahun 1960, dan saat itu usia Syekh Yassin baru menginjak 22 tahun. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai tiga orang putri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement