Senin 23 Jul 2012 23:55 WIB

KH AR Fachruddin, Sosok Teladan Pemimpin Umat (4-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
KH AR Fachruddin.
Foto: blogspot.com
KH AR Fachruddin.

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sebuah pengajian, Pak AR ditanya oleh seorang jamaah, ''Pak AR, dalam hadis diterangkan bahwa selama bulan Ramadhan semua setan dan iblis dibelenggu. Tetapi, mengapa kenyataannya masih banyak orang berbuat maksiat di bulan Ramadhan?''

Dengan kalem dan suara serak-serak basah, Pak AR menjawab, ''Yah, itulah manusia. Banyak yang lemah iman. Dengan setan dibelenggu saja kalah, apalagi melawan setan lepas-lepasan.''

Pak AR dikenal sebagai pendakwah yang tidak menyinggung orang lain, melainkan mengajak umat untuk berintrospeksi diri. Ketika banyak orang menentang dan mempertanyakan perayaan Sekaten di Yogyakarta yang menggelar tontonan dangdut, tong setan, bola maut, dan sejenisnya.

Pak AR dengan kalem menjawab, ''Kalau tak rela perayaan Sekaten ada tari dangdut, tong setan, bola maut, dan sejenisnya, ya mari kita gembirakan dengan kesenian yang bermutu dan bercitra Islam.”

“Jika umat agama lain punya sekolahan, panti asuhan, rumah sakit, ayolah kita tanding. Jangan cuma menggerutu. Ada yang tiap malam Minggu nonton bioskop karcis seribu, tapi kalau jumatan kasih 50 rupiah. Kalau tidak boleh, mentang-mentang membawa agama Allah melanggar jalur helm.''

Kesejukannya sebagai pemimpin umat Islam juga bisa dirasakan oleh umat agama lain. Ketika menyambut pemimpin umat Kristiani sedunia, Paus Yohannes Paulus II, di Yogyakarta dalam sebuah kunjungan resmi di Indonesia, Pak AR menyampaikan unek-unek dan kritik kepada Paus.

Ia mengeluhkan bahwa tak sedikit umat Islam yang lemah dan tak berkecukupan sering kali dirayu umat Kristen untuk masuk agama mereka. Kesempatan itu juga ia gunakan untuk memberi penjelasan kepada Paus bahwa agama harus disebarluaskan dengan cara-cara yang perwira dan sportif. Kritik ini diterima dengan lapang dada oleh umat lain karena disampaikan dengan lembut dan sejuk serta dijiwai dengan semangat toleransi tinggi.

Kini, memasuki seabad Muhammadiyah, tantangan terbesarnya adalah melahirkan kembali pemimpin umat masa depan yang memiliki sosok dan kepribadian seperti Pak AR; penuh kesederhanaan, namun tetap berwibawa. Penuh kasih sayang dengan sesama dan tegas terhadap segala bentuk kemunkaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement