Senin 16 Jul 2012 08:53 WIB

As-Sirah An-Nabawiyyah, Belajar dari Sirah Rasulullah (4-habis)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Chairul Akhmad
Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Bandingkan sekali lagi dengan deretan nama nabi atau rasul lainnya. Kembali ke Nabi Musa, tidak diketahui sama sekali tentang masa kecil dan mudanya, serta bagaimana kisah hidupnya sebelum kenabian.

Riwayat yang diceritakan hanya seputar kehidupannya pascakenabian. Pun demikian dengan kisah Nabi Isa. Hanya satu penggal kisah semasa kecilnya yang diketahui.

Namun, itu pun merupakan kisah yang disepakati oleh Injil versi modern. Kisah yang dimaksud tak lain adalah Isa semasa kecilnya pernah memasuki haekal atau sinagog kaum Yahudi dan berdiskusi perihal kitab suci mereka.

Ketiga, lanjut As-Siba’i, sirah Rasulullah mencakup tiap aspek dan lini kehidupan manusia. Berbicara riwayat Rasulullah, secara gamblang menggambarkan kepada umat manusia tentang karakter seorang yang amanah sebelum risalah diturunkan sekalipun. 

Sosok Rasulullah mengajarkan pula tentang bagaimana menggunakan media dakwah secara efektif dan efesien guna mengajak umat manusia untuk beriman dan taat kepada Allah. Dalam sisi kehidupan keluarga, sosok Muhammad adalah sosok yang telah berhasil mengaplikasikan hak dan kewajiban tiap anggota keluarga.

Riwayat hidup Rasulullah mengisyaratkan pula tentang pola hidup sosial, bermasyarakat, dan bernegara. Karenanya, keluhuran sirah Rasulullah itu pulalah yang memberikan bukti kuat tentang kebenaran risalah yang dibawanya.

Dakwah yang disampaikan tidak hanya bertumpu pada mukjizat fisik yang diberikan, tapi kepribadian luhur itulah yang juga mampu mengetuk tiap pintu hati umat manusia.

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am: 125).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement