Rabu 11 Jul 2012 12:42 WIB

Virus Tolak Masjid Jangkiti Australia

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Masjid (ilustrasi).
Foto: 30mosques.com
Masjid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA –Virus penolakan keberadaan masjid kini menjangkiti Australia. Di Gungahlin, kota kecil sebelah barat Canberra, warga lokal menolak pembangunan masjid meski telah mendapat persetujuan dari Dewan Masyarakat Gungahlin.

Dalam pernyataan resminya, Dewan Masyarakat menyatakan keberadaan masjid tidak akan menimbulkan masalah lalu lintas dan lainnya. Itu dikarenakan lokasi tempat pembangunan masjid telah memenuhi syarat.

"Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir," kata Dewan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip onislam.net, Rabu (11/7).

Sebelumnya, Komunitas Muslim Canberra telah mengajukan izin permohonan pembangunan masjid dengan kapasistas 500 jamaah di Gungahlin. Oleh Dewan Masyarakat, izin itu dikabulkan. Namun, warga lokal menolak persetujuan itu. Alasannya, Dewan Masyarakat tidak berkonsultasi terlebih dahulu kepada warga lokal.

Di balik alasan itu, sebenarnya warga lokal mengkhawatirkan kehadiran masjid akan menjadi pusat gerakan kelompok ekstrimis. Dengan demikian, terdapat potensi gangguan keamanan di wilayah tersebut. 

Alasan lain, keberadaan masjid akan memperbesar peluang diberlakukannya hukum syariah. "Saya sangat khawatir tentang perempuan dan anak perempuan," ungkap seorang warga lokal.

Ia mengatakan dalam izin permohonan itu terdapat ruangan khusus yang diperuntukkan penggunaannya untuk pendidikan Alquran bagi anak perempuan di akhir pekan. Peruntukan itu tentu akan menutup kesempatan bagi anak-anak untuk berintegrasi ke dalam masyarakat Australia.

Meski banyak yang menolak, tak sedikit pula warga lokal yang mendukung pembangunan masjid. "Sebagai warga lokal, saya sangat mendukung pembangunan masjid. Alasannya, lokasi masjid tidak akan menganggu aktivitas warga," kata seorang warga.

Warga lainnya berpendapat keberadaan masjid akan melengkapi dua gereja yang ada. Dengan demikian, kota ini menghargai keberagaman. "Saya bukanlah orang yang religius, tapi semua orang berhak untuk membangun tempat ibadah, apakah itu masjid atau gereja," ujarnya.

Muslim, menurut catatan sejarah, menetap di Australia sejak dua abad silam. Saat ini, populasi Muslim mencapai 1.7 persen dari 20 juta penduduk. Jumlah itu menjadikan Islam menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement