Senin 09 Jul 2012 23:30 WIB

Kisah Sahabat Nabi: Usaid bin Hudhair, Jagoan yang Dicintai Malaikat (3)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Kehadiran Mush’ab disambut oleh kaum Muslimin dan mereka yang belum masuk Islam. Mush’ab segera berbicara.

Ia menyampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang mau beriman dan menyampaikan kabar menyedihkan bagi mereka yang tidak mau beriman. Semua orang khusyuk mendengarkan.

Belum lama majelis dimulai, As’ad bin Zurarah melihat Usaid bin Hudhair menuju ke tempat mereka. Ia segera memberi tahu Mush’ab, “Kebetulan wahai Mush’ab, itu pemimpin kaum telah datang,” ujarnya.

“Ia seorang yang sangat cemerlang otaknya dan cerdas akalnya. Dia adalah Usaid bin Hudhair. Jika dia masuk Islam, tentu akan banyak orang mengikutinya. Berdoalah kepada Allah dan hadapilah dia dengan bijaksana.”

Setibanya di hadapan majelis itu, Usaid bin Hudhair langsung berdiri di tengah-tengah mereka. Tatapan matanya tajam memandang ke arah Mush’ab dan orang-orang yang ada di situ. As’ad bin Zurarah juga tidak luput dari sorotan matanya yang nyaris tak berkedip. Ia menyimpan kemarahan yang sangat besar kepada pendatang dari Makkah ini.

“Apa maksud Tuan-tuan datang ke sini? Kalian hendak memengaruhi rakyat kami? Pergilah kalian sekarang juga, jika kalian masih ingin hidup!” teriak Usaid.

Mush’ab menoleh kepada Usaid dengan wajah sejuk. Tampak sekali cahaya iman memantul dan berseri-seri. Dengan gayanya yang simpatik dan menawan, dia mulai bicara. “Wahai Tuanku, maukah engkau mendengarkan yang lebih baik dari itu?”

“Apa itu?” sergah Usaid dengan mimik sinis.

Mush’ab melanjutkan, “Silakan duduk bersama-sama kami, mendengarkan apa yang kami bicarakan. Jika engkau suka apa yang kami perbincangkan, silakan ambil. Dan jika engkau tidak suka, kami akan meninggalkan kampung halaman ini dan tidak akan kembali lagi.”

“Anda memang pintar,” jawab Usaid. Hatinya mulai sedikit lumer. Ia menancapkan tombaknya ke tanah, kemudian duduk dengan tenang.

Mush’ab mengarahkan pembicaraan kepadanya tentang hakikat Islam sambil membaca ayat-ayat Alquran di sela-sela pembicaraannya.

Beberapa saat kemudian, tampak rasa gembira terpancar di muka Usaid. Lalu dia berkata, “Alangkah bagusnya apa yang engkau katakan. Apa yang kamu baca sungguh sangat indah. Apa yang kulakukan jika aku masuk Islam?”

Dengan senang Mush’ab menjawab, “Mandilah, bersihkan pakaianmu, lalu ucapkan dua kalimat syahadat! Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, sesudah itu shalat dua rakaat.”

Usaid langsung berdiri dan pergi ke telaga di sebelah kebun itu. Ia segera menyucikan badan. Sekembalinya di hadapan Mush’ab, ia mengu­capkan dua kalimat syahadat dan mengerjakan shalat dua rakaat.

Mulai hari itu, bergabunglah ke dalam barisan kaum Muslimin seorang bangsawan Arab, penunggang kuda terkenal, pemimpin suku Aus yang dikagumi; Usaid bin Hudhair.

Tidak lama setelah Usaid masuk Islam, Sa'ad bin Mu'adz masuk Islam pula. Islamnya kedua tokoh ini menyebabkan seluruh masyarakat dari suku Aus masuk Islam. Sesudah itu, jadilah Madinah tempat hijrah Rasulullah SAW dan tempat berdirinya pemerintahan Islam yang besar.

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement