Sabtu 07 Jul 2012 07:33 WIB

Inilah Realitas Kehidupan Muslim di Kazakstan

Rep: Agung Sasongko/ Red: Heri Ruslan
Masjid Agung Hazrat Sultan di Astana, Kazakstan
Foto: trend.az
Masjid Agung Hazrat Sultan di Astana, Kazakstan

REPUBLIKA.CO.ID,  ASTANA -- Presiden Kazakstan, Nursultan Nazarbayev, mengatakan, selama berabad-abad tradisi Kazakstan tidak berseberangan dengan Islam.

"Kita tidak boleh lupa dengan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Kita memiliki cara sendiri selama berabad-abad dalam menerapkan ajaran Islam," kata dia saat meresmikan masjid agung Hazrat Sultan, Jum'at (6/7).

Ia mengatakan kehadiran masjid agung itu bakal menjadikan Kazakstan sebagai pusat syiar Islam dan perdamaian di Asia Tengah. Peran itu mulai dijalani, saat Astana akan menjadi tuan rumah kongres empat pemimpin agama besar dunia.

"Ini menandakan pula, masyarakat Kazakstan toleran dan tidak membeda-bedakan individu atas dasar agama," papar dia seperti dikutip inform.kz, Jumat (6/7).

Pernyataan Nazarbayez sungguh ironi bila melihat fakta sesungguhnya yang dialami umat Islam. Kazakhstan memberlakukan kebijakan pengawasan ketat terhadap Muslim semenjak tahun 2011.

Meningkatnya pengawasan ini telah melahirkan kebencian mendalam di kalangan Muslim. Gerakan bawah tanah pun subur tak teraba pemerintah. Puncaknya, serangkaian serangan teroris pun tak terhindarkan.

Di luar itu, Muslim Kazakhstan cukup tersiksa dengan aturan tersebut. Beragam efek negatif telah mereka rasakan. Di kota Aktau misalnya, seorang Muslim dipecat lantaran ia bersama rekannya ketahuan melaksanakan shalat Jumat berjamaah.

Di Taraz, seorang Muslim menganggur lantaran para majikan tidak mempekerjakan Muslim berjanggut. Sementara pria itu, enggan mencukur janggutnya. Kini, ia terpaksa untuk berbagi apartemen dengan keluarga lainnya guna mengurangi beban biaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement